Lihat ke Halaman Asli

Teguh Suprayogi

TERVERIFIKASI

Terapis

Stop Kartu Prakerja

Diperbarui: 18 April 2020   14:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Awalnya saya tertarik mendaftar program Kartu Prakerja yang diadakan pemerintah. Sudah coba mendaftar lewat online. Sayangnya tak bisa upload foto KTP. Berkali-kali dicoba, gagal terus! Ternyata banyak yang senasib dengan saya.

Lanjut baca lebih detil berbagai program pelatihan online yang dimaksud. Ada bermacam-macam, dari cara mudah cari duit di Youtube, bikin kue, hingga jadi ahli menjadi pembuat kopi. Lumayan ternyata duit yang didapat mitra pelatihan. Mereka dapat 150 ribu hingga 600 ribu untuk beberapa pertemuan.

Jangan lihat nilainya, mungkin tak seberapa bagi sebagian orang atau perusahaan. Tapi kalau lihat jumlah yang bakal ikut. Guriiih bener! Bisnis yang sangat menggiurkan. Pantas saja banyak yang minat.

Eh, ngomong-ngomong pelatihan online program Kartu Prakerja, ternyata sudah banyak pelatihan sejenis yang ada di dunia maya. Kira-kira efektif nggak buat peserta? Saya nggak tahu, tapi yang pasti menguntungkan bagi mitra pelatihan. Efektif atau tidak, sepertinya bukan urusan mereka.

Sebagai warga negara yang baik, saya hanya ingin bersuara. Hentikan saja program Kartu Prakerja kalau hanya berisi pelatihan online semacam itu. Jika pelatihan langsung macam di Balai Latihan Kerja (BLK), bolehlah. Jika nekad mau teruskan, cukup bayar video-video pelatihan tersebut. Unggah di Youtube. Biaya lebih murah, semua rakyat yang punya kuota atau wifi internet bisa mengikuti pelatihan.

Saat ini yang dibutuhkan rakyat adalah makanan pokok. Agar bisa bertahan hidup karena situasi ekonomi memburuk akibat Civid-19. Biaya pelatihan online alihkan saja buat bantuan ke masyarakat.

Biayanya terlalu mahal dalam kondisi negara terkena pandemi yang diperkirakan cukup lama.
Kalau hanya pelatihan online semacam itu, saya yakin banyak yang mau berbagi ilmu secara gratis atau biayanya jauh lebih murah lagi, sekadar pengganti ongkos internet atau konsumsi makan trainer.

"Emang siapa yang mau berbagi gratis? Jaman seperti ini apa-apa harus pakai duit!"

"Jangan remehkan warga negara kita, masih banyak yang mau berbagi ilmu secara cuma-cuma atau dengan biaya murah."

"Halaaah ... itu melecehkan profesi mereka. Sama saja tidak menghargai!"

"Namanya sedekah ilmu, nggak ada paksaan. Tapi yakin masih banyak yang mau berbagi ilmu di saat seperti ini, atau cukup dengan biaya yang terjangkau."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline