Pada tulisan kali ini saya ingin membahas penyebab terjadinya kesurupan.
Dalam kitab Majmu al-Fatawa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyah, beliau
menjelaskan,“Jin yang merasuki manusia bisa saja terjadi karena
dorongan syahwat atau hawa nafsu atau karena jatuh cinta. Sebagaimana
yang terjadi antara manusia dengan manusia…”
Bisa juga terjadi karena kebencian atau kedzaliman yang dilakukan manusia,
misalnya ada orang yang mengganggu jin atau jin mengira ada seseorang
yang sengaja mengganggu mereka, seperti mengencingi jin atau membuang
air panas ke arah jin atau membunuh sebagian jin, meskipun si manusia sendiri
tidak mengetahuinya.
Namun jin juga bodoh dan dzalim, sehingga dia membalas kesalahan manusia
dengan kedzaliman melebihi yang dia terima. Terkadang juga motivasinya
hanya sebatas main-main atau mengganggu manusia, sebagaimana yang
dilakukan orang jelek di kalangan manusia.
Membaca mantera dan buku-buku belajar sihir juga bisa membuat jin merasuki
tubuh manusia meskipun yang baca tidak menghendaki atau ingin menghadirkan
jin, apalagi jika belajar ilmu sihir diniatkan untuk menghadirkan jin .
Bisa juga terjadi akibat kerja sama antara jin dengan tukang sihir atau dukun
untuk masuk kedalam tubuh seseorang, serta masih banyak penyebab lainnya
kenapa jin bisa masuk tubuh seseorang, namun biasanya kebanyaakan dari
mereka yang kesurupan karena jauh dari dzikir atau mengingat Allah.
Pengobatan untuk masalah ini hanyalah dengan dibacakan Al-Quran, diruqyah
secara syar'i dan diingatkan untuk kembali dan mendekatkan diri kepada Allah,
bukan dibawa ke dukun atau paranormal karena ini tempat yang tidak tepat,
walau kadang dengan nama pengobatan ruqyah juga, namun dicampur dengan
jampi-jampi syaiton, inilah yang disebut ruqyah syirkiyah (syirik).
"Dan Kami menurunkan Al-Qur’an itu sesuatu yang menjadi obat dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra’: 82)
Agar tidak keliru dengan pengobatan ruqyah yang syirik, para ulama telah
sepakat bolehnya ruqyah jika memenuhi tiga persyaratan:
Pertama: Dengan menggunakan firman Allah atau nama-nama-Nya atau
sifat-sifat-Nya.
Kedua: Dengan bahasa Arab atau dengan lainnya yang bisa dipahami maknanya.
Ketiga: Dengan keyakinan bahwa ruqyah itu tidak bisa memberikan pengaruh
dengan sendirinya, namun harus diyakini bahwa yang menjadikannya
berpengaruh adalah Allah SWT.
Wallahu a'lam
Dammam, 18/05/2014
artikel terkait:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H