Lihat ke Halaman Asli

Danny PH Siagian

Menulis, Menulis dan Menulis

Ketika Sang Jenderal Ditikam Sang Katro, Warning...

Diperbarui: 17 Oktober 2019   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jenderal TNI (Purn) Wiranto Ditikam/sumber: antara

Sungguh diluar nalar, ketika sang Jendral mantan Panglima TNI, bisa kena tikam di bagian perut oleh seorang manusia katro bertampang culun, tapi bejatnya minta ampun. Bahkan mungkin ini pertama kalinya seorang Jenderal ditusuk sang katro.

Upaya penikaman sang Jendral tampak jelas sudah direncanakan, alias delik pembunuhan berencana. Terbukti si manusia katro Abu Rara itu sudah menyiapkan sebilah belati, yang konon katanya senjata tajam tersebut mirip yang sering digunakan ISIS. Isterinyapun membawa gunting untuk tujuan membunuh. Bahkan posisi mereka berduapun diketahui dalam jarak yang sangat dekat dengan sasaran.

Peristiwa yang mengenaskan itu terjadi saat sang Jendral, Menkopolhukam Wiranto menghadiri peresmian Gedung Kuliah Bersama Universitas Mathla'ul Anwar di Desa Sindanghayu, Saketi, Pandeglang, Banten, yang kemudian Wiranto diserang di alun-alun Menes, Pandeglang, Banten saat baru turun dari mobil, Kamis, 10 Oktober 2019.

Se Indonesiapun langsung heboh, apalagi peristiwa ini terjadi ditengah panasnya suhu politik, jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Terpilih secara sah. Kecenderungan dugaan mengarah kepada adanya upaya pihak tertentu, untuk membuat teror jelang pelantikan 20 Oktober nanti.

Ada banyak pertanyaan yang timbul. Apakah benar ada kaitannya dengan rencana pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, atau murni tindakan kriminal? Kalau dikaitkan dengan pelantikan, apakah shock theraphy nya cukup ampuh? Tapi kalau tindakan kriminal, mengapa harus menikam seorang Jendral yang notabene pejabat Negara?

Mencermati pola-pola penyerangan yang dilakukan oleh mereka yang terdoktrin teroris dengan dalih jihad, bisa jadi ada kaitan. Karena jelas-jelas dipersiapkan. Yang diserang juga orang berpengaruh di Negara ini.

Bisa saja pola penyerangan yang tadinya sering menggunakan bom, beralih kepada senjata tajam. Dengan prinsip yang sama, yaitu membuat sebuah ancaman dan menghebohkan, serta dirinya siap mati. Karena itulah biasanya ciri-ciri dari seorang yang melakukan aksi teror, misi tercapai, sekalipun harus mati.

Pertanyaan lanjutan, apakah manusia bertampang katro ini memiliki jaringan atau tidak? Sebab biasanya, jika ada sebuah aksi teror, ada pihak-pihak tertentu yang mengaku bertanggungjawab, sebagai pertanda bahwa dibelakang pelaku, ada jaringannya.

Dilihat dari tanda-tandanya, sang penikam membawa isterinya dalam melakukan aksi. Ini juga salah satu ciri teroris, yang sering membawa atau melibatkan anggota keluarganya dalam penyerangan. 

Karena menurut keyakinan mereka, jika mereka mati dalam aksi, langsung masuk sorga. Tentu hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi kepolisian, untuk mengusut tuntas.

Warning Presiden dan Para Pejabat 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline