Lihat ke Halaman Asli

Putu, Kue Maknyus yang Hampir Punah

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Thuuuuu……thuuuuuuu

Thuuuuuu…..thuuuuuuuu…

Bunyi itu sangat khas dan hampir setiap sore suara khas itu terdengar, dan anak saya yang kecil, Icha  sudah hafal bahwa itu adalah penjual putu yang sedang lewat. Suara uap thwuu thwuu yang mirip suara peluit itu keluar  dari alat pengukusnyayang sekaligus menjadi ciri khas si kue putu.

“Abie…atuu….atuu…atu…..”Kata Icha, putri kesayangan saya yang baru berumur 2 tahun sambil mengacungkan jari telunjuknya yang mungil, artinya “Abi…minta dibelikan satu putu”, demikian maksud perkataan si kecil,Icha.

Icha memang sangat gemar memakan kue yang terbuat dari tepung beras yang dicampur gula jawa, dan parutan kelapa itu. Abang penjual putu, Kawad namanya, pria asal Jawa Barat yang baru dua bulan berjualan putu di Makassar ini dengan lincah memasukkan adonan ke dalam potongan-potongan pipa paralon ukuran ¾ inch yang dipotong pendek sekitar 5 cm panjangnya. Dulu putu dicetak menggunakan ruas bambu, yang kemudian dikukus.

Begitu teori dan cara pembuatan putu yang terlihat, namun perlu belajar langsung dari mas Kawad, bila ingin mencoba membuatnya sendiri, sebab salah dalam membuatnya bisa-bisa rasanya jadi lain tidak karuan. “Kue putu, paling enak dimakan dalam keadaan masih hangat,apalagi saat gula merahnya muncrat mencair di dalam mulut.” Kata mas Kawad setengah berpromosi.

Serbuk beras itu sebenarnya sudah matang, dimakan langsung tanpa diuapi pun bisa. Rasanya Hambar namun gurih. Adonan tepung beras dan air dikukus terlebih dulu. Setelah matang dan bisa dibentuk, adonan dimasukkan ke dalam saringan kawat, lalu ditekan dan gosok-gosok dengan tangan sehingga adonan keluar dalam bentuk butiran.Adonan inilah yang kemudian dimasukkan ke dalam potongan pipa dan dikukus. Jangan lupa, serutan gula jawa harus dimasukkan di tengah adonan supaya rasanya menyatu dan mak nyus.

Hanya butuh waktu sekitar semenit untuk mengukus, dan adonan kue dalam pipa pun matang. Dengan menggunakan semacam sunduk dari kayu, adonan dalam pipa ini disodok hingga keluar dari pipa. Satu per satu putu hangat pengundang selera itu pun disusun seperti piramid, dan ditaburi parutan kelapa.Harga kue putu di Makassar cukup terjangkau, Rp 1000 untuk 3 potong kue putu.

Setiap bertemu penjual putu, selalu teringat dengan tebak-tebakan masa kecil dulu, saat pertama kali datang ke Makassar. “Penjual kue apa yang menjajakan dagangannya dengan ketel uap?” Tanya salah seorang kawan saya di sekolah dasar.

Saya kebingungan menjawabnya, apalagi di kota Soppeng, daerah kelahiran saya belum pernah ada penjual kue yang menjajakan kue dengan menggunakan ketel uap.

“Penjual kue putu,” kata kawan saya menjawab sendiri pertanyaannya.Bukan karena penjualnya benaran menggunakan ketel uap, tetapi karena suara “twhuuuuuuu” panjang yang keluar dari cerobong peluit yang tertiup uap air yang mirip dengan suara ketel uap.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline