Lihat ke Halaman Asli

Perspektif Evolusi Mengenai Pemikiran Alam Bawah Sadar

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu teori mengenai alam bawah sadar manusia dan pertaliannya dengan produk budaya pemikiran sekarang dapat didasarkan secara biologis sedemikian rupa yang pada masa sebelumnya tidak mungkin. Ini bukan karena freud tidak tertarik pada biologi dia semula seorang neurofisiolog dan selalu menjelajah akar-akar biologi kehidupan mental manusia. Tetapi sayangnya pada masa Freud, hampir tidak ada yang diketahui perihal evolusi manusia, manusia tentang evolusi tingkah laku, tentang evolusi primat dan binatang-binatang menyusuilan dalam lingkungan alamnya, dan tentang otak. teori freud, yang di usahakan menjadi teori biologis tentang pemikiran sesungguhnya diciptakan dalam kevakuman biologi.

Freud, karena tidak pengetahuan yang memadai mengenai tingkah laku dan evolusi binatang, menmanfaatkan kesimpulan dan data klinis dia melihat binatang sebagai didorong oleh dorongan-dorongan biologis untuk makan dan berkembangbiak, dengan demikian terjadilah pembunuhandanpertarungan dalam pencarian mangsa dan pasangan. Karena manusia adalah binatang, dorongan-dorongan biologis demikian pasti terletak dalam otak dan ditempatkan oleh suatu mekanisme pikiran dalam sadar. Pelajar budaya harus member kendali terhadap sifat alami binatang agar tetap dalam ikatan dan batas-batasnya, karena tanpa kendali budaya berbagai ransangan seksual, lapar, dan agresi kita akan medesak keluar, dan kehidupan sosial yang teratur menjadi tidak mungkin. Tetapi sifat-sifat kebinatangan kita yang sesungguhnya dan sumber energy psikis dan karenanya juga fisik, terletak di bawah lapisan alam sadar ini.

Kehidupan mental manusia, menurut freud adalah dinamika yang berkelanjutan dari konflik dan kendali, ekspresi yang tersalurkan, pengarahan kembali, dan pengekangan berbagai ransangan dan energy insting control budaya dan karenanya kehidupan sosial menuntut ongkos yang sangat tinggi dalam bentuk kecemasan, konflik dan seringkali penyakit saraf. Proses normal kejiwaan diri mimpi dan khayalan lainnya, dari simbolisasi, dari interaksi sosial sehari-hari mengungkapkan penghambatan, pengarahan kembali dan pengungkapan terselubung dari energi-energi kekuatan kehidupan alamiah kita. Karena kita tidak bisa, lantaran ada konvensi budaya memuaskan secara langsung dan sadar, berbagai dorongan seks dan agresi yang begitu penting dalam alam pikiran bawah sadar, kita kekang, kita perhalus, kita buat samar-samar dalam simbol-simbol, kita sangkal dan arahkan kembali. Walaupun beban bagi kesehatan jiwa sangat besar dan terungkap dalam neorosis atau lebih gawat lagi dalam psikosis, rangkaian proses fantasi dan pengekangan ini juga mendasari kreasi-kreasi budaya dari seni dan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline