Lihat ke Halaman Asli

Vincentius Wishnu

Karyawan swasta yang mencoba mencari dan memaknai sebuah gagasan yang menarik untuk kembali ditaburkan hal baik ke sekitar

Dua Satu Nol

Diperbarui: 6 Februari 2016   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dua
Dua dalam tiga tahun lampau
Kau beri daku waktu tuk menunggu.
Ku tunggu apa yang nanti kan terucap dalam bibirmu.
Sebuah harapan dariku untukmu.
Ku dapatkan apa yang ditunggu
Dan saat itu
Jawaban nan merdu terlantun dalam bibirmu
Di depan pagar kosmu
Kau ucap YA. Dengan rona merah jambu wajahmu, kau tersipu malu

Satu
Satu dalam dua dikota itu.
Sebuah keputusan dalam kurun waktu pekan lalu.
Telah mampu mengguncangkan afeksiku.
Masih teringat pada malam itu
Sebuah moment yang pilu.
Entah mengapa seperti itu
Slalu ada sudut pandang yg tak dapat membuat kita satu.
Semoga esok kan tiba waktu kita tak lagi jadi dua melainkan satu

Nol
Hujan tak lagi terasa dingin
Terik Matahari tak lagi panas
Dan akhirnya semua kembali pada titik nol

Tepi Stasiun Gubeng, 1 Februari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline