Malam sewingit makam. Hitam. Alam kini telah Legam. Seorang ibu. Menghitung duit yang ia dapatkan sehari penuh. Gemirisik receh menghiasi ruangan kotak tanpa retak. Hanya mereka berdua di dalam.
Rumah kecil ini hanya ada satu. Di dalam hutan di antara pepohonan di dalam papan, dan berisi dua dipan.
Laki-laki yang dulu membuatnya ratu kini merantau tak pulang- pulang. "Ibu! Ayah kemana?" Anak itu kembali menanyakan pertanyaan yang sama sejak malam ia bangun setelah malam orang tuanya bertengkar.
"Ayahmu pergi?
"Kemana?"
"Mati"
"Bahkan aku tidak mengenal wajahnya. Dimana kuburannya"
"Sudah lama Hilang"
"Hilang!"
Ibunya tidak sudi mengingat asmaranya. Bukan jawaban benci. Ia sangat kepada sayang anaknya. Hanya saja ia berusaha menyimpan luka.
Suasana dingin. Mereka seperti berperang. Berang. Gelisah menenggelamkan mereka. Resah.
"Nak, ini sudah larut. Tidurlah. Tidak baik kau berlama-lama menonton. Angin sekarang ini tidak sehat"