Lihat ke Halaman Asli

Adakah Rindu Mengetuk Pintumu

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12979435011689726382

"adakah rindu mengetuk pintumu?" sunyi itu merambat malam, pelannya sungguh bagai lorong tanpa ujung

rindu: adalah secawan anggur berisi setengah-setengahnya lagi ada pada genggam jemarimu,

satu teguk terlewat mata berbinar, kemudian teguk demi teguknya menggiring pada kelenaan

andai cawan yang ada di datas meja kecilmu itu kau teguk,

maka sunyi dan rindu menyatu dari sapa kita inikah mabuk itu?

: menyepuh titik malam jelang pagi

benarkah waktu kan menyembuhkan luka

sedang pedihnya makin kental menguliti hati

keinginan pertemuan dalam bahtera bahagia menuntaskan rindu, menyatukan dua buhu temali. sungguh ketakutan akan kehilangan menjadi hantu bagi kesatuan tak kuasa tak terasa aku ada pada arus putaran deras sang dewi rindu panahnya persis menancap di jantung, lihat darah ini mengalir deras!

nikmat acapkali berawal dari untaian sakit sederas itu jugakah darah dari lukamu?

[Sang Rama membentangkan busur untuk Sinta Dewi...] malam tetaplah bersama misterinya

bergayut tetes embun ditiap pokok tumbuhan [menangkap sapa halus mesra bisikanmu] mendaras kidung asmaNYA oleh tiap benda, baik hidup ataupun mati kerna di hadapaNYA semua tunduk bersama puja puji pada waktu aku hanya bisa berharap padaMU aku hanya bisa berpinta

: Ya Kekasih

[pada langit nan sejuk, sang fajar nampak enggan membuka kelambunya yang membiru...aku lelap dalam keterjagaan]

[Uly Giz, HK, 17-02-2011]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline