Lihat ke Halaman Asli

Pers Berpihak Kepada Siapa?

Diperbarui: 20 Juni 2015   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di sebuah kota kecil di Amerika Serikat, seorang wartawan berbakat dan agresif bernama Horace Greeley menerbitkan surat kabar Daily Star. Greeley tidak hanya bertugas sebagai reporter dan redaktur tapi ia juga sebagai pencetak dan sekaligus sebagai pengedar surat kabarnya. Karena Pemberitaan Daily Star mengungkapkan fakta-fak ta kebenaran dan mampu membongkar kebatilan, Surat kabarnya pun banyak membuat geram sebagian kalangan. Sampai pada suatu ketika, Greeley kehabisan kertas untuk mencetak, karena kiriman kertas yang dipesanya di saboot dijalan, ia pun menggunakan kertas bekas yang dibagian sisinya masih ada ruang kosong atau kertas pelapis dinding (wallpaper), bahkan ketikapenyabotan kirimanya masih terus berlangsung Greeley dengan cerdas menuliskan isi beritanya di kedua sisi badan sapi dan dibawahnya sapi itu keliling dari rumah-kerumah agar pelangganya dapat tetap mendapatkan informasi terbaru.

Tidak berhenti disini ketika langkah-langkah greeley untuk menyampaikan informasi lagi-lagi dihambat oleh orang berpengaruh yang tidak suka akan Daily Star tinta pun di stop, sampai pada perusakan mesin cetak.Greeley pun tak kehabisan akal, ia mencari anak berumur belasan tahun yang tjam ingatanya untuk menghafalkan berita-berita penting dan menuturkanya kembali dari rumah-kerumah para pelanggan, maka lahirlah apa yang disebut oleh masyarakat di kota kecil itu “Koran Lisan”. Puncak dari ketidaksenenangan terhadap Daily Star, orang yang berpengaruh menghasut masyarakat untuk membakar kantor Greeley, tapi hal itu dapat dicegah oleh kawanya dengan berpidato: “Apa kesalahan Daily star? Menulis penjuala wiski yang dicampur dengan minuan lain, padahal memang benar. Membeberkan harga melangit yang ditetapkan toko makanan dan minuman yang memegang monopoli? Membongkar permainan rendah penjual peti mati yang memperkaya diri atas penderitaan keluarga yang terkena musibah?” Daily Star pun aman. Greeley pun berkata “Daily Star tidak mengenal sensor! Kebebasan pers tak bisa ditawar!” (Kutipan dari cerita Fiktif Petuangan Lucky Luke: LeDaily Star terjemahan dari komik perancis.Diterjemahkan oleh Y.Y Hidayat, penulis texs Sarwo Basuki. PT Indira, Jakarta, oktober 1989)

Akan tetapi, Horace Greeley, tokoh utama dalam komik itu adalah bukanlah tokoh fikitf, ia adalah wartawan reformis anti perbudakan dan pelopor jurnalisme Amerika pada era tahun 1850- an, edisi akhir pekanya dibaca 50.000 pembaca dan merupakan jumlah yang cukup besar pada masa itu. Edisi surat kabarnya New York Time.

Kebebasan Pers adalah kebebasan masyarakat untuk memperoleh informasi seluas-luasnya, kebebasan untuk memilih media sesuai dengan seleranya, serta kebebasan untuk menyampaikan aspirasi, gagasan, kritik, keluhan, ketidakseimbangan sebuah peristiwa melalui media. Pers dapat memberikan pemahaman kepada publik akan pentingnya menghargai sebuah pendapat, menerima perbedaan pendapat. Bahkan bertentangan sekalipun. dalam era saat ini kebebasan juga berarti membangun tanggung jawab, baik atas pribadinya, pembaca (publik), relasi (pengiklan),

“Hanyalah orang-orang yang bebas bertindak yang dapat dimintai tanggung jawabnya, menurut psikolog B.F. Skinner. Sedangkan bagi orang-orang yang tidak bebas bertindak hanya dapat dimintakan tanggung jawabnya kepada pihak-pihak yang tidak memberinya kebebasan”

Dengan demikian masyarakat pun mempunyai hak sama dengan wartawan dalam kontek kebebasan pers ini. Bukan hanya semata milik wartawan, toh tak jarang wartawan mendapatkan informasi dari masyarakat ketika terjadi sebuah peristiwa yang layak untuk dimuat sebagai berita.

Berita-berita faktual, tajam, berimbang, terpercaya dan akurat menjadi bagian penting dalam menjaga integritas pers. Ada sebuah sematan istilah “Anjing Penjaga” di maksudkan kepada pers. Muncul sebuah pertanyaan, Siapakah “Tuan” yang dijaga? Pemilik modal, Pemegang otoritas Kebijakan (Pemerintah), kepentingan golongan, atau integritas pers itu sendiri dengan mengacu kepada kepentingan publik? Anjing penjaga memiliki sifat hanya patuh pada perintah tuanya jika pers dianalogikan dengan “anjing penjaga”, semoga tuanya adalah integritas profesi sebagai pers bukan lainya.

ia memang dihadirkan untuk memberi rasa aman bagi sang tuan.seyogyanya tuan ideal dari pers adalah fakta objektif dan pemberitaan berimbang atas sebuah peristiwa yang memiliki nilai pembelajaran serta kemanfaatan bagi publik dan bukan tuan lian (lembaga, kepentingan golongan atau pribadi)ketika integritas ini mampu di jaga, maka sudah barang tentu goresan penanya akan menjadi acuan bagi khalayak luas untuk refrensi fakta objektif tentang sebuah peristiwa kejadian.

Dalam budaya Sastra arab Jahilyah ada satu nama Penyair bernama Qais. Penyair ini mempunyai pengaruh yang sangat besar dimata jazirah arab kala itu. Karya syair Qais menjadi sebuah acuan bagi masyarakat di jazirah arab kala itu. Jika sang penyair menulis tentang seseorang, dan ia puji setinggi langit maka orang yang di tulis olehnya akan di puja oleh seluruh masyarakat. tapi sebaliknya jika ia menulis tentang keburukan seseorang dan di pajang di pintu Ka’bah. Maka kebencian, hinaan akan ditimpakan oleg masyarakat terhadaporang yang di tulis olehnya.

Jika mengingat dua cerita diatas dengan background culture masyarakat berbeda ada benang merah yang sama. Kekuatan sebuah karya tulis (pers) tak berbeda dengan era saat ini. Jika pers memberitakan tentang kehidupan seseorang dan di tulis baik, kemungkinan besar masyarakat Indonesia pun akan mengatakan baik.Dan berlaku sebaliknya. Seolah-olah pers juga menjadi lembaga “pendidikan” bagi masyarakat luas. Menjaga kedaulatan dalam menyajikan berita secara objektif menjadi idaman bagi masyarakat. pers tak hanya menjadi media penyampai pesan atas sebuah peristiwa kejadian penting, ia pun memiliki peran sebagai pencerah, dan juri akan nilai moral seseorang di masyarakat.

Betapa sangat penting peranan pers dalam membangun sebuah iklim masyarakat yang kondusif. Ibarat pisau tajam. Ia akan menjadi manfaat bagi manusia jika di pegang oleh tangan jujur dan amanah dipergunakan untuk memasak, memotong sayur-sayuran, cabe, bawang merah, putih, ikan, kayu dst. tapi sebaliknya jika pisau tajam ini di pegang oleh tangan yang tak bertanggung jawab, maka tidak akan menutup kemungkinan kalau pisau ini akan di buat untuk membunuh, merampok, mencuri dan berbagai perilaku kejahatan lainya.

Betapa kita akan tahu, kalau koran-koran ditekan sensor, dan mimbar-mimbar yang bebas telah dikontrol. Koran-koran adalah penerusan mata kita. Kini sudah diganti mata yang resmi. Kita tidak lagi melihat kenyataan yang beragam. Kita hanya diberi gambara model keadaan yang sudah dijahit oleh penjahit resmi.

(Hospital Rancabadak, Bandung, 28 Januari 1978 Potret Pembangunan dalam Puisi Karya.WS.Rendra)

Kopi Hitam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline