Lihat ke Halaman Asli

sutrisno

Pengrajin kerajinan yang rajin

Kartu Remi Mengajarkan Nilai-nilai Luhur

Diperbarui: 3 Maret 2016   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="27-02-2016/delegasi tiap angkatan anggota IKMAWATI (Ikatan Mahasiswa Warga Tjirebon)Bandung"][/caption]

Malam ini sama dengan malam-malam di musim penghujan, membuat dingin wilayah bandung dan sekitarnya. Namun entah kenapa kami merasakan kehangatan di sekretariat IKMAWATI ini, mungkin karena diselimuti rasa kekeluargaan kami yang menganggap organisasi ini adalah keluarga kedua di bandung, maklum kami sama-sama jauh dari orang tua.

IKMAWATI (Ikatan Mahasiswa Warga Tjirebon) mungkin menjadi alasan kenapa kami bisa tetap duduk bersama menikmati indahnya malam, terlena dalam asyiknya permainan kartu remi kemudian hanyut dalam keceriaan canda dan tawa, melupakan sebentar masalah yang pernah kami buat di hari-hari yang lalu.

Bagi kami, benda kertas kecil pada malam ini tak ubahnya bagaikan pedang bermata dua yang kalau dipermainkan oleh orang jahat akan merugikan dirinya dan orang lain, namun apabila dipermainkan oleh kami yang berhati baik tentunya akan menghasilkan manfaat, diantaranya adalah: pertama, dapat melatih kejujuran. Pemain dengan kartu yang buruk diharuskan untuk menyatakan kekalahan secara sportif walaupun tidak ada wasit. Seperti yang kita ketahui bahwa kejujuran seperti barang langka yang mahal harganya dan sulit kita jumpai di negeri ini bahkan di dunia akademis pun kejujuran hampir punah.

Kedua, melatih jiwa ksatria. Dalam permainan kartu remi pemain harus berani bertanggung jawab atas kesalahannya, dan legowo (terima) mukanya dicorat-coret sebagai ganjaran atas apa yang telah ia perbuat. Kata legowo nampaknya sangat pantas kita munculkan saat ini, mengingat banyaknya para elit politik kita yang tidak legowo menerima kekalahan dengan menyusun barisan membuat konspirasi busuk. Atau memberikan contoh buruk, tidak legowo dengan hukuman yang dijatuhkan atas perbuatan korupsinya.

Ketiga, melestarikan keadilan. Dalam permainan kartu sebagian dari kita mungkin paham betul bahwa tidak ada sekat antara senior dan junior, si kaya dan si miskin, atau si pinter dan si bodoh dsb. Bagi semuanya berlaku asas keadilan. Semuanya mendapatkan hak dan kewajiban yang sama. Permainan remi dapat menjadi salah satu terapi bagi bangsa kita yang kini sedang dilanda sakit krisis keadilan yang sudah akut. Agar tidak ada lagi kasus “maling kecil dihakimi, maling besar dilindungi”

Untuk malam ini kartu remi mengajarkan kami nilai-nilai luhur yang tidak kami dapatkan di bangku perkuliahan. Mulai detik ini kartu remi mengajak anda semua untuk segera membuka pikiran dan hati, agar tidak men-judge tampilan luar kartu remi. Bagi anda yang masih men-judge kartu ini barang najis, hina, judi, dan haram. Sebaiknya keluarlah dari paradigma tersebut dan sadarlah bahwa judi (dan sifat yang disebutkan di atas) itu terletak pada perbuatan bukan pada benda. maka gunakanlah benda apapun untuk hal-hal yang bermanfaat di dunia dan akhirat.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline