Lihat ke Halaman Asli

Petualangan Udin Tongkol (3)

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Clarissa…..maafya jangan marah jika aku memujimu…....KAMU CANTIK".........................

dan  aku pikir entah aku lelaki yang kebarapa yang mengatakan dirimu cantik” (Utong mulai membuka jurus). Pujian itu ditanggapi Clarissa dengan senyum tipis sambil membelai rambutnya yang hitam pekat .

“Mas aku tidak bisa berlama-lama disni karena harus kembali …….., mungkin lain waktu kita bisa bercakap lebih lama lagi..”  “Oh  iya Clara senang bisa berkenalan dengan kamu, heem……. aku juga harus kembali bekerja “

Kedua insan itu berdiri meninggal kan meja yang berbentuk kotak yang diatasnya terdapat dua gelas minuman  dan bungkusan makanan ringan, salam pamitpun terucapkan dengan pandangan penuh kekaguman keduanya harus segara berpisah, dalam hitungan langkah keenam , Utong berbalik memandang Clara yang mulai menghilang  dalam lautan orang pengunjung Mall, dia bergegas kembali balik kemeja untuk mengambil secarik kertas pembersih untuk menyeka tangannya yang mulai berkeringat ,  sekaligus menghabisi sisa minuman yang dia tinggalkan akibat efek dari salah tingkah saat bersua dengan Clara yang begitu cantik

Tanpa disengaja mata udin melihat sebuah dompet kulit yang tergeletak dibawah kursi tempat duduk Clara… ini pasti dompet Clara saya harus mengejarnya untuk mengembalikannya, dengan sangat cepat gerakan kaki Utong berlari ibarat seorang pencopet dikejar satpam mall, tetapi usahanya itu sia-sia, harumnya parfium Clarapun tidak tercium olehnya.

Clara..Clara….dimana dirimu berada? Lamunan raut wajah dan senyuman manis itu selalu menemani Utong melewati hari itu, mungkin cara yang terbaik aku harus melihat isi dompet ini sapa tahu ada alamat hingga aku bisa mengembalikannya.

Dompet kulit itupun dibuka, aroma harum keluar disaat pertama kali Utong membuka dompet, terlihat beberapa lembar uang kertas, kartu kredit, sim, dan KTP, duh kasian Clara pasti dia akan kebingungan mencari dompetnya !

Alamat pun didapat berarti Utong memiliki Akses untuk menemui Clara…… Sore itu agak mendung dan sedikit rintik hujan mulai membasihi bumi, tetapi tidak sedikitpun mengurangi semangat Utong untuk berkunjung kerumah Clara. Dengan motor bebeknya Udin memacu laju dilintasan jalan yang licin,……. tak berapa lama kemudian Utong sudah berdiri didepan sebuah rumah yang besar, pagar rumahnyapun tinggi menjulang kelangit, rumah ibarat sebuah istana peri yang ada dalam dongeng-dongeng. Utong agak kewalahan memikirkan bagaimana agar dia dapat melewati pagar itu.

Mata Utong pun melihat ada tulisan bell di sudut kiri pagar, TENG,,TONG…TENG  TONg…begitulah bunyi

Terdengar bunyi telapak kaki mendekat kepintu gerbang, tidak lama kemudian terdengar suara yang keluar dari jeruji pagar ibarat kandang burung merpati  yang terbuka “ siapa….ingin mencari siapa” kata-kata yang menyentak kesunyian di sore hari itu. “ Saya udin mau bertemu dengan ibu Clarissa ….apakah saya dapat bertemu dengannya”.”Oh ibu sedang kerumah sakit sama bapak ada yang bisa  saya bantu” ?. Udin agak kalud menghadapi suasana ini ketika bercakap dengan seorang yang tidak kelihatan badannya yang tampak hanya mulut dan batang hidungnya. “ biarkan saya menunggu saja jika diperkenankan”? percakapan terhenti sejenak……….”begini saja pak saya di perintahkan tidak boleh menerima tamu selama bapak atau ibu tidak berada dirumah”….” Ya saya maklum kalau begitu nanti saya akan datang lagi “! Tegas Utong.

Utong kembali ke motornya langsung tancap gas……..dia menghampiri sebuah warung kopi yang keberadaannya tidak jauh dari rumah Clarisa, sambil menegak kopi panas dan menghirup asap sebatang rokok kretek Udin mulai bertanya-tanya dalam hati nya….”BAPAK”..siapa yang dimaksud? Bapaknya kah?  Atau Suami Clarisa?  Kalau melihat dari wajahnya Clara tampak masih begitu muda layaknya anak-anak gadis yang berusia sekitar 25 tahunan, tidak..tidak mugkin suaminya..!! Utong membantah lamunannya sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline