Sekitar tahun 1995-an sekelompok remaja SMA yang biasa 'nongkrong' di kantin Kolese Gonzaga, pada saat tidak ada kegiatan di kelas, menumpahkan kreatifitas iseng mereka. Mereka bukan sekedar 'gitaran' dan nyanyi-nyanyi seperti anak nongkrong biasa, tapi justru memainkan musik dengan mulut mereka masing-masing. A capella.. atau akapela... begitu sebutan cara bernanyi tanpa iringan instrumen musik. Irama yang dihasilkan hanya bersumber dari kemampuan suara yang keluar dari mulut saja. Para remaja itu adalah Prihartono "Anton" Mirzaputra, Michael "Biyik" da Lopez, Hekko Wicaksono, Enriko "Iko" Simangunsong, Pambudi "Bayu" Bayuseno, dan Jimmy. Dan mereka menamakan diri mereka, Jamaica Cafe, yang kini telah 17 tahunan malang melintang tampil di berbagai pentas seni sekolah dan kampus, cafe, stasiun TV dan acara-acara khusus di berbagai kota di Indonesia. Bahkan dari aktivitas iseng yang kreatif di kantin itu dulu, mereka juga berkesempatan menampilkan kemampuannya di Esplanade Concert Hall Singapura (Feb. & Dec 2005). [caption id="" align="alignnone" width="604" caption="indowebster.web.id"][/caption] Meski dalam perjalanannya, Jamaica Cafe sempat bergonta-ganti personel dan pernah juga menjadi sebuah grup band lengkap dengan instrumennya, namun sejak 1996/1997 grup ini konsisten dengan akapela-nya. Jamaica Cafe mampu membawakan berbagai jenis musik, seperti reggae, rock, disko, dangdut, bahkan etnik, dengan melakukan eksplorasi suara atau bunyi-bunyian dari berbagai instrumen musik. Dalam album kompilasi Erwin Gutawa – Salute to Koes Bersaudara Plus, 2003, Jamaica Cafe menyanyikan lagu ”Nusantara II” secara acapela. Itu berarti bunyi-bunyian alat musik tradisionalnya pun berasal dari mulut mereka sendiri. Penghargaan-penghargaan yang pernah diterima oleh Jamaica Cafe adalah dari MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai grup musik pertama yang merilis album "Musik Mulut," (2004) di mana seluruh irama dan bunyi-bunyian instrumen musiknya berasal hanya dari mulut. Jamaica Cafe juga pernah mendapatkan penghargaan "Supporter of Honor" dari World Wildlife Fund.
Adalah Anton yang hanya memiliki dua tangan sebatas siku dan kakinya yang kiri hanya sebatas lutut, salah satu personil grup Jamaica Cafe ini yang justru menonjol kemampuan musikalitasnya. Anton memiliki suara yang paling bagus, karenanya dia lead vocal Jamaica Cafe. Kepandaiannya merangkai nada juga luar biasa hingga karya-karyanya banyak terdapat di album Jamaica Cafe. Tak ada rasa minder, mudah menyerah, keluh atau putus asa. Anton menjadikan dirinya sebagai motivator di dalam Jamiaca Cafe. Misalnya saat grup ini akan tampil atau berkolaborasi dengan musisi terkenal lokal maupun internasional, seperti Neri Per Caso (Italia), INSPI (Jepang), Nash (Malaysia) dll., justru Anton-lah yang selalu menyemangati agar tidak minder. Sosok seperti Anton adalah sosok yang ikhlas 'kehilangan' bagian-bagian tubuhnya yang penting, namun tak pernah kehilangan antusiasme. Dan antusiasme menjadi lebih menyenangkan jika dibumbui dengan inspirasi, motivasi dan sejumput kreativitas. Kita semua memang sesungguhnya mampu melakukan hal-hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dalam hidup kita, if we just first believe in ourselves. Nah sekarang, selamat menikmati "Terajana" karya Bang Haji Rhoma Irama yang dibawakan secara akapela oleh Jaimaica Cafe dalam videoklip di atas..., sebagai penambah antusiasme kita hari ini. Semangaaattt..!! :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H