Lihat ke Halaman Asli

Erri Subakti

TERVERIFIKASI

Analis Sosial Budaya

Lolo Sianipar, Sukses Menjalankan Bisnis Sambil Travelling

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14140683981406985102

[caption id="attachment_368699" align="aligncenter" width="560" caption="dok. Lolo Sianipar"][/caption]

“Kerja sambil liat laut itu sangat menyenangkan.”

Siapa yang gak ngiri ketika teman saya itu memajang fotonya seperti di atas sambil membuat status demikian.

Lolo Sianipar, usianya baru 35 tahun, masih bisa dibilang ‘start up’ dalam dunia wirausaha. Dalam 3 tahun ini dia tergolong cukup sukses membangun sebuah konsultan Public Relation. Piar Consulting namanya, berkantor dengan menyewa sebuah rumah berlantai dua di bilangan Bendungan Hilir, Jakarta.

Bulan lalu saya menyempatkan diri mampir ke kantornya. Dan wow… kagum saya atas perjuangannya membangun kantor kecil ini yang telah memiliki klien-klien besar.

Lolo, begitu biasa dipanggil, awalnya tidak pernah berniat membuka sendiri PR consulting tersebut. Usahanya itu dibuka justru karena desakan dari eks-kliennya ketika dia masih bekerja di sebuah perusahaan jasa komunikasi dan periklanan.

“Aku orangnya memang bosenan. Jadi sudah gak kehitung berapa kali pindah bekerja dari satu perusahaan advertising ke perusahaan yang lain,” kisah perempuan yang hobby diving ini.

[caption id="attachment_368696" align="aligncenter" width="242" caption="dok. pribadi"]

1414068080836725789

[/caption]

“Ketika terakhir aku memutuskan resign dari kantor yang lama, sebenernya aku udah gak tau mau kerja apa nanti dan apakah kembali melamar ke perusahaan yang lain. Aku cuma mau nikmatin hidup aja,” tambahnya.

“Jadi aku cuma travelling ke berbagai tempat, lalu ditulis di blog. Tapi bukan berarti uangku banyak. Sebenarnya kita gak perlu kebanyakan gaya kok untuk menikmati hidup. Misalnya kalau aku ke Bali. Aku menginap di rumah teman, lalu ke pantai kuta cukup jalan kaki, beli nasi kucing seharga Rp 5,000, menikmati pantai dan laut, menyenangkan kan.”

“Aku sama sekali gak mau awalnya untuk membuka PR Consulting sendiri. Itu karena ‘dikejar-kejar’ terus sama eks-klien-ku di kantor lama yang terus mendorongku untuk membuka sendiri usaha di bidang komunikasi ini.”

“Awalnya aku tolak. Karena aku sadar untuk membuka usaha sendiri perlu banyak hal yang aku persiapkan, gak cuma mental. Sewa kantor, beli berbagai perlengkapan, menggaji karyawan... wah banyak yang aku belum siap untuk itu.”

“Tapi klienku itu terus aja mendesak. Akhirnya saat aku lagi ada di Singapura, klienku itu sampai mengejar ke sana. Meminta sekali lagi untuk aku membuka sendiri kantor PR ini. Dengan rasa untuk menghormati dia yang begitu menyanjungku waktu itu, ya aku terima saja project dari sebuah perusahaan besar itu, produsen perlengkapan olahraga.”

“Maka dimulailah berbagai project yang diberikan padaku dari klienku itu. Gak cuma satu, banyak. Aku buka usaha ini dengan berjibaku, belajar membangun usaha. Uangku hanya Rp 15 juta, lalu aku pinjam uang adikku 35 juta. Hampir tiap bulan aku menangis. Ya karena aku harus membayar vendor-vendor, membayar gaji karyawanku. Bahkan pernah di akhir bulan uangku hanya Rp 3 juta, sedangkan aku sudah harus membayar gaji karyawan. Sementara pemasukan dari klien belum dibayar. Tapi untungnya keesokan harinya ada klien yang mentransfer uang pembayaran.“

“Selama 2 tahun awal itu aku menjalankan usaha ini ‘berdarah-darah’, gak gampang, berat banget. Tapi aku selalu bersyukur selalu punya teman-teman dekat, sahabat yang terus kasih motivasi bahkan dukungan nyata untuk bisa meneruskan usaha ini.”

[caption id="attachment_368695" align="aligncenter" width="490" caption="dok. pribadi"]

14140679241230257031

[/caption]

“Sekarang, PR Consulting ini bisa jalan dengan keuangan yang cukup, yang bisa membuatku travelling ke mana saja bertahun-tahun.”

“Saat ini yang harus kulakukan adalah membesarkan kantor ini lebih dari sekarang. Saatnya tumbuh menjadi PR yang lebih bonafide. Soalnya aku sadar, turn over pegawai di kantor ini cepat sekali. Ya mungkin karena para karyawanku merasa ini hanya kantor kecil, padahal untuk menjadi besar, gak mungkin bisa kalau tidak dari kecil. Pernah suatu kali, besok kita akan menyelenggarakan event besar, eh tiba-tiba satu karyawanku gak masuk. Dan memutuskan resign begitu saja. Rasanya seperti diputusin pacar tiba-tiba tanpa penjelasan,” cerita Lolo bersemangat.

Ada masanya merangkak, belajar jalan, hingga belajar untuk berlari. Seperti sebuah quote yang mengatakan bahwa ribuan mil dimulai dari satu langkah kecil. (Erri Subakti)

[caption id="attachment_368697" align="aligncenter" width="360" caption="dok. Lolo Sianipar"]

1414068186841332258

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline