Lihat ke Halaman Asli

Erri Subakti

TERVERIFIKASI

Analis Sosial Budaya

Hantu-hantu di Kepala Kita

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada salah satu film yang paling membuat takut saya sampai selalu terbayang-bayang sewaktu kecil itu judulnya “Pengabdi Setan”. Adegan yang terbayang adalah saat hantu-hantu itu nyari-nyari tokoh utamanya, “Den Tommy…, den Tommy…” wiih.. serem…!

Sekarang ini saya pikir, sebenarnya konsep hantu itu memang seperti ‘ditanamkan’di kepala kita semenjak kecil sebagai ‘alat’ untuk menakut-nakuti sehingga kita akan patuh terhadap ajaran-ajaran, entah itu ajaran agama ataupun ajaran yang sebenarnya mengajarkan kebaikan.

Di era-era lalu, cara menakut-nakuti itu memang sangat efektif untuk membuat seseorang itu tetap berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial dan agama. Tapi di era modern sekarang, banyak orang tua yang sadar bahwa teknik menakut-nakuti anak itu sudah tidak relevan lagi, dan malah bisa menimbulkan ‘kelainan’ jiwa pada diri seseorang.

Sewaktu saya bekerja di tengah hutan Kalimantan Tengah, tidak pernah tuh muncul rasa takut akan adanya hantu. Mau tidur sendirian di pinggir hutan gak ada sama sekali rasa takut sama hantu. Bahkan suatu kali, tengah malam saat saya dengar suara lolongan anjing “auuuu….” Saya terbangun dan langsung melongok ke luar jendela, penasaran ada apaan sih, tanpa ada perasaan takut terhadap hantu.

Kenapa?

Karena konsep hantu yang selama ini tertanam di kepala saya, ya hantu-hantu seperti di film horror Indonesia di atas, Pengabdi Setan, yang lokasi cerita tersebut ada di kota Jakarta. Hantu-hantunya menghantui sebuah keluarga yang tinggal di dalam rumah besar. Tak berbeda jauh dengan film-film horror Indonesia lainnya, setting ceritanya kebanyakan ada di pulau Jawa. Kuntilanak dan pocong, ya itu di Jawa, karena setting cerita filmnya seperti itu.

Sementara di Kalimantan, mana ada hantu pocong? Lha wong di Kalimantan Tengah itu agama Islam bukan mayoritas kok. Jadi gak ada cerita hantu pocong. Hantu pocong kan ‘produk’ hantu yang beragama Islam, karena dalam Islam, seseorang jika meninggal dunia itu hanya dibungkus kain kafan saja dikuburkannya.

So banyak sekali hantu-hantu di kepala kita ini yang bergentayangan karena sudah tertanam semenjak kecil.

Jadi bisa dibayangkan efek yang luar biasa tertanam di kepala ratusan juta penduduk Indonesia ketika pemerintah selama 32 tahun menciptakan hantu yang wajib dienyahkan dari bumi Indonesia.

Saya tidak sedang membela ‘hantu’ tersebut. Hanya saja sayang sekali otak kita jika masih terdapat ‘hantu’ yang membayang-bayangi dan hanya bikin panas hati karena propaganda pemerintah selama 32 tahun.

Bagi kaum kapitalis, hantu adalah komunisme. Karena dalam pemerintahan komunis, sangat sulit bagi pengusaha untuk menjadi semakin kaya dan bertambah kaya dalam mengumpulkan modal pribadinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline