Lihat ke Halaman Asli

Secangkir Kopi, Kenangan tentang Bu Winsu dan Anekdot Toilet Umum

Diperbarui: 27 Mei 2022   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Winsulangi Salindeho. Sumber: ManadoPost

 

 

Entah kenapa, penggalan kenangan tentang Bu Winsu (Winsulangi Salindeho- Mantan Bupati Kepulauan Sangihe 2004-2011) menyeruak kembali diingatan pagi ini. Bayangan wajah Bu Winsu yang akrab ku panggil Opa Winsu dengan senyum khas nya ini begitu kuat menyeruak  bahkan secara imajinatif kulihat refleksi wajah ini tersenyum diatas kopi dalam cangkir batok kelapa yang sedang kunikmati pagi ini.

Bu Winsu memang menempati sebuah ruang khusus dalam space memori saya. Kekaguman saya pada Opa bermula saat beliau sebagai Bupati saat itu memberi materi pada pelatihan Prajabatan CPNS tahun 2004 dimana saya adalah satu dari ratusan CPNS yang menjadi peserta diklat wajib tersebut. Dalam materi yang sampai saat ini saya ingat betul, Opa Winsu menyatakan tentang betapa sulitnya melakukan koreksi sistem saat kita berada dalam sistem . 

"Sistem Birokrasi dan Pemerintahan itu ibarat Toilet Umum", demikian pembuka materi yang beliau sampaikan yang langsung menarik perhatian dan rasa penasaran saya untuk menunggu kelanjutan penjelasannya.

"Toilet Umum itu adalah tempat unik. Saat orang masih berada diluar, dengan entengnya kita teriak dan kritik toilet itu sebagai tempat kotor, menjijikan, dan berbau busuk" lanjutnya dengan gaya khas senyumnya yang legendaris. 

"Tapi,.. saat kita kebelet  dan masuk di dalam toilet umum yang kita maki maki, kita bisa berlama lama bahkan menikmati ketidaknyamanan dalam toilet itu" ucapnya lagi masih dengan senyum khasnya.

Hari ini kurang lebih tujuh belas tahun saya berkarir sebagai birokrat dan anekdot Bu Winsu tentang toilet umum ini tetap relevan dan menjadi bagian dari perenungan yang tak pernah lekang oleh waktu. Bu Winsu benar bahwa untuk bekerja dan membenahi sistem bukanlah hal yang mudah. Apalagi ketika kita bekerja dalam sistem hirarkis dengan budaya rigiditas dan senioritas yang kaku. 

Banyak kisah kisah birokrat progressive yang akhirnya mundur dan mengalah pada keadaan ketika hendak melakukan perubahan namun kondisinya justru berbalik menjadi boomerang pada diri sendiri. Tidak sedikit yang mengalami stress dengan kondisi seperti ini dan akhirnya bagi yang tidak memiliki pilihan karir dan jalan hidup yang lebih baik dari PNS pilihannya adalah berdiam diri, apatis, dan seperti kata Bu Winsu "berdiam dan menikmati" kondisi yang ada.

Ku sruput lagi kopi dengan refleksi Wajah Bu Winsu yang tersenyum dan seakan bergurau  "Butul toh Tomy yang kita bilang pa ngoni?"

Ilustrasi Bu Winsu tentang teriakan diuar "toilet umum" yang mencaci kebobrokan toilet umum, dalam konteks hari ini justru tidak hanya relevan dengan para birokrat. Hal ini juga sepertinya relevan dengan para politisi, komentator [media] sosial (buzzerp) dan para pihak yang suka bermain pada zona pinggiran kekuasaan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline