Soal Pilgub Banten, kalkulasi dan prakiraan saya meleset. Airin-Ade gagal memenangi kontestasi. Bahkan dengan selisih raihan suara yang cukup jauh, hampir 10 persenan. Airin-Ade 44.09 persen. Andra-Dimyati 55.91 persen. Empat faktor yang menurut hemat saya bakal menjadi variabel determinatif kemenangan Airin-Ade nampaknya tidak sebagaimana diperkirakan hasil akhirnya.
Keempat faktor itu adalah sebagai berikut. Pertama popularitas dan elektabilitas Airin. Kedua soliditas Golkar dan PDIP sebagai partai pengusung utama, baik di level elit maupun di basis massa. Ketiga potensi split-ticket voting partai-partai yang tergabung di kubu Koalisi Banten Maju (KBM). Keempat simpati publik terhadap Airin yang bersitemali dengan resistensi kelompok kritis warga Banten terhadap fenomena politik kartel.
Lantas ada apa dengan keempat faktor itu, dan mengapa gagal mengantarkan Airin-Ade Sumardi ke Gubernuran di Kantor Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) ?
Popularitas dan Elektabilitas
Pertama soal popularitas dan elektabilitas. Sebagaimana diketahui, Airin adalah satu-satunya figur kandidat Gubernur Banten, yang jauh sebelum tahapan Pilkada dimulai popularitas dan elektabilitasnya sudah moncer menurut semua lembaga survei yang turun ke Banten. Performa ini juga relatif stabil hingga memasuki tahapan Kampanye atau menjelang pemungutan suara 27 November lalu.
Tentu saja hasil survei memang bukan segala-galanya. Kekuatan prediktif lembaga-lembaga survei juga tidak selalu dapat diandalkan, terlebih lagi dalam situasi kompetisi yang sangat dinamis. Akan selalu ada variabel-variabel yang dapat mengubah situasi, dan dengan sendirinya memengaruhi keajegan hasil survei dalam kurun waktu tertentu.
Tetapi melihat perbandingan hasil sigi beberapa lembaga survei berikut ini memang agak mengherankan ketika akhirnya quick count dan real count KPU menunjukan fakta bahwa Airin-Ade tercecer di belakang kompetitornya. Berikut antara lain datanya.
Data survei LSI misalnya. Elektabilitas Airin-Ade mencapai angka 73,7%, Andra-Dimyati hanya 14,1%. Jika disimulasikan head to head Airin vs Andra, perbandingannya 77.3% (Airin) berbanding 10% (Andra). Survei ini dilakukan pada periode Juli-Agustus.
Sementara dari hasil sigi Alvara Strategi Indonesia, Airin juga unggul jauh dengan elektabilitas mencapai angka 46,8%. Sedangkan Andra Soni hanya 6,4%. Terpaut sangat jauh, bahkan juga dibandingkan Arief Wismansyah (24,1%) yang sempat menyosialisasikan diri bakal maju sebagai Cagub. Survei ini dilakukan pada bulan Agustus 2024.
Data paling mutakhir sebelum pemungutan suara ditunjukan oleh Katadata Telco Survei. Survei ini dilakukan bulan September. Elektabilitas Airin-Ade juga unggul dengan raihan angka 49,3%. Sementara Andra Soni-Dimyati hanya mendapat 11,3%. Sisanya sebanyak 39.4% responden kala itu memang belum menentukan pilihan.