Lihat ke Halaman Asli

Agus Sutisna

TERVERIFIKASI

Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Debat Pilgub dan Bayang-Bayang Kompromi Politik

Diperbarui: 11 Oktober 2024   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta saat Debat Pertama Pilkada DKI Jakarta 2024 di Jiexpo, Jakarta, Minggu (6/10/2024). (KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO)

Dalam Kamus Bahasa kita dijelaskan, bahwa debat adalah pertukaran dan pembahasan pendapat terkait suatu hal dengan saling menyampaikan argumentasi atau alasan dengan tujuan mempertahankan pendapat bahkan memenangkan pendapat.

Dalam konteks Pilkada khususnya Pilgub, pertukaran dan pembahasan berbagai isu bersama dengan argumentasi-argumentasi meyakinkan dari masing-masing pasangan kandidat ini penting tentu saja. Mereka adalah calon-calon Gubernur-Wakil Gubernur yang akan memimpin provinsi dalam lima tahun kedepan.

Penting untuk apa? Supaya rakyat memperoleh pengetahuan yang memadai tentang sosok calon pemimpinnya. Siapa mereka? Sebesar apa kapasitasnya? Sejauh apa pengalaman dan kompetensinya, sevisioner sekaligus serealistis apa gagasan dan pikiran-pikirannya, dan semeyakinkan apa tawaran mereka untuk rakyatnya?

Dengan cara demikian rakyat tidak dihadapkan pada situasi serupa "membeli kucing dalam karung" sebagaimana lazimnya terjadi dalam tradisi negara-negara non-demokratik atau negara otoriter. Di mana Pemilu hanya menjadi instrumen untuk mempertahankan legitimasi status quo kekuasaan dengan cara mobilisasi habis-habisan dan meminggirkan nalar sehat rakyat.

Penting untuk selalu disadari bahwa tidak ada kepemimpinan politik yang sempurna, di manapun dan di era peradaban sejarah apapun. Ketidaksempurnaan adalah taqdir purbawi manusia, termasuk para pemimpin. 

Demokrasi hadir antara lain untuk mengelola ketidaksempurnaan kepemimpinan itu dengan cara berkeadaban. Dan Pilkada (termasuk forum Debat Pilgub sebagai bagian dari matarantai perhelatan) merupakan instrumen operasionalnya.

Lantas apa yang perlu diperdebatkan (dipertukarkan dan dibahas dengan kritis) dalam suasana dialelktis? Sudah barang pasti semua aspek yang muncul dari ketidaksempurnaan kepemimpinan politik itu. Baik menyangkut tatakelola birokrasi pemerintahan, perencanaan dan penyelenggaraan program-program pembangunan maupun berkenaan dengan pelayanan publik di masing-masing daerahnya.

www.cnnindonesia.com

Menyegarkan Kembali Esensi Debat

Dalam uraian yang lebih utuh, forum Debat Pilkada sekurang-kurangnya mengandung lima esensi strategis yang mestinya disadari baik oleh para kandidat dan tim pemenangannya maupun oleh masyarakat (pemilih).

Pertama, forum Debat Pilkada merupakan media dimana para Paslon menyosialisasikan secara utuh dalam format komunikasi dialogis visi, misi dan program-programnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline