Ridwan Kamil OTW Jakarta. Dan nampaknya tinggal soal waktu menunggu pengumuman peresmiannya. Sinyal bahwa RK bakal bertarung di Pilkada Jakarta ini menguat setelah Golkar dan Gerindra berhasil melakukan kompromi dan "bertukar" medan laga elektoral untuk kader-kader populernya. Dedi Mulyadi, kader Gerindra maju di Jawa Barat dan didukung penuh oleh Golkar. Sebaliknya, Ridwan Kamil kader Golkar maju di Jakarta dan disokong penuh oleh Gerindra.
Kompromi serta saling tukar endorsement dan rekomendasi ini kemudian digaungkan dengan menggunakan simpul kerjasama politik elektoral Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Yakni gabungan partai politik yang mengantarkan Prabowo-Gibran memenangi Pilpres, ditambah dengan partai-partai lain di luar KIM untuk Pilpres 2024 silam.
Ridwan Kamil OTW Jakarta. Dan sebagaimana dapat dibaca dari pernyataan sejumlah elit KIM, RK bakal di-back up sebagai Cagub Jakarta oleh seluruh kekuatan parpol yang tergabung dalam KIM ditambah partai-partai lain termasuk (kemungkinan) dari simpul kerjasama politik elektoral lawan KIM di Pilpres. Yakni PKB, PKS, dan Nasdem.
Jika ambisi mewujudkan koalisi gigantis, "kapal induk" (bukan lagi perahu) politik untuk Pilgub Jakarta itu berhasil, maka dua fenomena bakal terjadi.
Pertama, Anies Baswedan dengan sendirinya gagal maju karena tidak ada satu pun parpol yang bakal mengusungnya. Kedua, Pligub Jakarta bakal menghadirkan Kotak Kosong sebagai "peserta" melawan Ridwan Kamil.
Keberadaan PDIP sebagai partai pemilik suara dan kursi kedua di DPRD DKI hasil Pemilu 2024 silam praktis tidak berarti. PDIP tidak akan bisa membuat konstelasi politik elektoral menjadi genap maupun ganjil. Karena dengan raihan yang hanya berjumlah 15 kursi, secara normatif PDIP tidak mungkin mengajukan pasangan Cagub-Cawagub. Kurang 7 kursi untuk bisa melaju dengan pasangan Cagub-Cawagub sendiri.
Skenario Calon Tunggal
Itulah nampaknya skenario yang dikehendaki elit-elti partai yang saat ini sedang berada di atas angin setelah berhasil memenangi Pilpres 2024? Dan skenario ini nampaknya juga sedang diikhtiarkan di sejumlah provinsi besar lainnya.
Di Banten misalnya, beberapa hari lalu Koalisi Banten Maju (KBM) yang mengusung pasangan Cagub-Cawagub Andra (Gerindra) dan Dimyati (PKS) dideklarasikan. KBM beranggotakan semua partai peraih suara di DPRD Banten hasil Pileg 2024 plus beberapa parpol papan bawah, minus Golkar dan PDIP.
Jika dalam hitungan pekan ke depan, Golkar (karena paling rawan tentu saja) akhirnya juga berubah pikiran dan merapat ke KBM, game over. Warga Banten bakal disuguhi kontestasi lawak: Andra-Dinyati melawan Kotak Kosong. Karena sama persis nasibnya dengan di Jakarta, PDIP sendirian tidak bisa mengajukan pasangan Cagub-Cawagub lantaran raihan kursinya tidak menembus ambang batas syarat pencalonan. Kurang 4 kursi untuk bisa melaju dengan pasangan Cagub-Cawagub sendiri.
Di Jawa Timur potensi munculnya calon tunggal juga cukup terbuka. Selain karena figur Khofifah yang elektabilitasnya masih paling moncer dan telah mendapatkan rekomendasi partai-partai besar anggota KIM seperti Gerindra, Golkar dan Demokrat, PDIP tidak bisa mengajukan sendiri pasangan Cagub-Cawagub.