Lihat ke Halaman Asli

Agus Sutisna

TERVERIFIKASI

Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Merawat Kesinambungan Spirit Ramadan

Diperbarui: 12 April 2024   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.hidayatullah.com

Ramadhan telah berlalu tapi kehidupan akan terus berlanjut. Di sepanjang Ramadhan hingga momen Idul Fitri kemarin umat Islam menempa diri dengan berbagai bentuk pembinaan pribadi melalui ibadah-ibadah personal (puasa, berdzikir dan berdoa, tadarus Al Quran, qiyamulail dan tarawih) dan amalan-amalan sosial (sedekah, zakat fitrah, silaturahmi dan saling memaafkan).

Semuanya itu dimaksudkan untuk meraih derajat taqwa sebagaimana dimaksudkan dalam Al Quran surat Al Baqoroh ayat 183: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

 

Meneladani Salafush-shalih
Berkaca pada generasi terbaik umat Islam, yakni para Salafush shalih, saat Ramadhan berakhir mereka bersedih karena dua hal. Pertama karena berpisah dengan bulan yang penuh berkah, bulan dimana dosa-dosa diampuni, doa-doa dikabulkan dan pahala dilipatgandakan.

Kedua karena mereka khawatir ibadah dan amalan-amalannya di bulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah SWT. Kekhawatiran mereka didasarkan pada Al Quran surat Al Maidah ayat 27: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa."

Demikian besarnya kekhawatiran mereka, hingga Mu'alla bin Al-Fadhl (seorang Ulama dari kalangan Tabi'it Tabi'in) mengungkapkan kesaksiannya sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab dalam Lathaif Al-Ma'arif: Fi Ma Li Mawasim Al-Am Minal Wazhaif:

"Dulu para sahabat berdo'a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo'a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya."

Salafush shalih adalah tiga generasi terhitung sejak masa hidup Rosulullah dan sesudahnya, yakni para Sahabat Nabi, Tabi'in, dan Tabi'it Tabi'in sebagaimana dijelaskan langsung oleh Nabi SAW:

"Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku (sahabat), kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya (tabi'in), kemudian manusia yang hidup pada masa berikutnya (tabi'it tabi'in)." (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Meneladani Shalafush-shalih adalah perintah wajib sebagaimana diisyaratkan Allah dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 100:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline