Lihat ke Halaman Asli

Agus Sutisna

TERVERIFIKASI

Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Semiotika dan Kontekstualitas Quotes Anies dalam Debat Pamungkas

Diperbarui: 10 Februari 2024   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.mediaindonesia.com

Dalam debat Pilpres pamungkas minggu malam kemarin, selain membuka paparan dengan suatu isyarat perubahan, Anies Baswedan juga menggunakan beberapa kutipan (quotes) dalam narasi pembuka dan closing statement-nya. Kutipan-kutipan itu tentu digunakan Anies bukan sekedar pemanis, melainkan pastinya dengan tujuan tertentu.

Dari perspektif semiotika dan kontekstualitas, setidaknya ada 3 (tiga) tujuan yang bisa dibaca dari penggunaan kutipan-kutipan tersebut.

Pertama, untuk menggambarkan fenomena yang terjadi dengan bobot artikulasi yang tinggi. Kedua, untuk memberikan penekanan pentingnya suatu fenomena mendapat perhatian publik. Ketiga, dimaksudkan sebagai isyarat komitmen kuat bagaimana suatu fenomena direspon dan disikapi.   

Saya mencatat, sedikitnya 4 (empat) kutipan menarik yang digunakan Anies. Yakni satu pepetah Jawa dan Sunda pada narasi penyampaian visi-misi, kemudian satu pepatah Jawa dan satu ayat Al Quran, Surat Ali Imron ayat 26 pada narasi closing statement.

It's Time for Change

Pada sesi pembuka, sesi pemaparan visi-misi, Anies mengawali dengan gerak tangan kanan menunjuk jam di lingkar lengan kirinya lalu memutar kedua belah telapak tanggannya. Secara semiotik ini adalah isyarat perubahan, tagline yang diusung Paslon AMIN sejak awal.

Selain memuat pesan "its time for change", waktunya perubahan  secara umum, melalui bahasa isyarat itu Anies juga bermaksud mengirim pesan perihal pentingnya mengudah cara pandang terhadap kelompok disabilitas. Seperti diungkapkannya dalam acara Desak Anies di Semarang, "Kita juga ingin mengirimkan pesan, sudah saatnya kita berubah dalam memandang teman-teman disabilitas." (Kompas.Com, 5/2).

Salah satu bentuk perubahan cara pandang itu adalah dengan melihat disabilitas itu bukan sebagai kelompok masyarakat yang membutuhkan charity, bantuan amal. Melainkan sebagai kelompok masyarakat yang hak asasinya harus dipenuhi oleh negara."

Baca juga yuk :  https://www.kompasiana.com/www.tisna_1965.com/65c0859a12d50f03c67c6fa2/janji-anies-menghadirkan-negara-welas-asih

Sopo Wani Rekoso, Bakal Gayuh Mulyo

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline