Hari ini Kompas.Id menurunkan sebuah artikel menarik, menguraikan hasil survei terakhir Litbang Kompas seputar agenda Debat Pilpres terakhir yang bakal berlangsung besok. Salah satu poin penting hasil survei ini mengungkapkan, bahwa bahwa 86,4 persen publik mengaku kandidat yang dipilih tidak akan berubah setelah menonton debat meski responden tetap antusias ingin mengikuti keseruan acara debat tersebut.
Jika demikian halnya, lantas apakah debat masih tetap penting digelar? Bukankah debat diasumsikan sebagai forum melalui apa pemilih akan mencerna, menimbang, membanding dan akhirnya memutuskan pilihan Capres-Cawapres?
Pertanyaan "apakah debat masih tetap penting digelar" itu juga perlu dikemukakan dalam situasi terkini hajat elektoral. Kita tahu, proses Pemilu yang semakin mendekati klimaks ini belakangan telah memantik para cendekiawan kampus keluar dari "pertapaan akademiknya" dan lantang menyuarakan keprihatinan.
Mereka mengirim sejumlah pesan moral kepada Presiden Jokowi, yang inti dan ujung pesannya mendesak Jokowi agar (kembali) menjadi negarawan. Pesan itu, sejak dimulai di Bulaksumur UGM, disusul UII di Kaliurang, kemarin dan hari ini terus saling bersahutan dari berbagai kampus di berbagai kota.
Kembali ke soal Debat Pilpres. Tentu saja debat masih tetap penting, setidaknya untuk sejumlah 13.6 persen publik yang masih mungkin berubah preferensinya berdasarkan hasil survei tersebut. Debat juga tetap penting sebagai forum dimana publik bisa melihat bagaimana isu-isu strategis dipaparkan para kandidat, dieksplorasi para panelis, dan "dipertengkarkan" para kandidat. Tidak mustahil diantara 86.4 persen publik tadi juga ada yang kemudian mengubah pilihannya setelah menonton paparan, eksplorasi dan "pertengkaran".
Debat bahkan juga penting dan akan selalu penting sebagai bagian dari ikhtiar merawat dan menghidupkan gagasan, sikap dan pandangan-pandangan diskursif bernegara dalam tradisi demokrasi.
Pendidikan, Ketenagakerjaan, dan Kesejahteraan Sosial
Debat Pilpres terakhir besok bakal mengusung 8 tema strategis, yakni : kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Survei Litbang Kompas mengungkapkan, 3 dari 8 tema itu mendapat perhatian publik paling tinggi. Yakni isu ketenagakerjaan 27.2 persen, pendidikan 25.6 persen, dan kesejahteraan sosial 24.1 persen. Hemat saya, angka-angka ini cukup presisi dengan realitas yang sebenarnya. Dibandingkan dengan lima tema lainnya, ketiga isu ini memang menjadi kebutuhan ril sekaligus problematika masif yang dihadapi masyarakat mayoritas.