Lihat ke Halaman Asli

Agus Sutisna

TERVERIFIKASI

Lecturer I Researcher IInstagram : @kiagussutisna

Membaca Pencalonan Gibran dari Sisi Pendidikan Politik dan Konsolidasi Demokrasi

Diperbarui: 22 Oktober 2023   14:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di bukit Hambalang, Desa Bojong Koneng, Sabtu (18/6/2022). (Foto: KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati)

Peluang Gibran Rakabuming mendampingi Prabowo sebagai bakal Cawapres nampaknya makin menguat dan tak terbendung. Berbagai media bahkan sudah seperti meyakini bahwa pasangan calon (Paslon) Prabowo-Gibran tinggal soal waktu untuk diumumkan secara resmi.

Dan baru saja, Rapimnas Golkar resmi menyepakati dan mengusulkan Prabowo-Gibran sebagai bakal Capres-Cawapres 2024.

Jika akhirnya kemudian benar Paslon hybrid tua-muda ini maju ke arena kontestasi Pilpres 2024, maka ini akan menjadi tonggak pertama dalam sejarah elektoral Indonesia sekaligus dalam sejarah Indonesia merdeka. Bahwa anak Presiden yang masih menjabat menjadi bakal Cawapres untuk periode kekuasaan berikutnya. Dahsyat !

Ya, dahsyat! Karena Megawati saja, anak seorang proklamator butuh waktu berpuluh tahun untuk bisa menjadi Cawapres dan kemudian Presiden. Itupun harus dilalui dengan fase "berdarah-darah" di era orde baru.

Lalu bagaimana hal ini dilihat dari sudut pandang pendidikan politik dan konsolidasi demokrasi?

Pendidikan politik tak sehat

Sekali lagi terlepas dari sosok Gibran sendiri, saya melihat ada problematika serius dalam kontestasi politik elektoral 2024 ini, khususnya dilihat dari perspektif pendidikan politik dan kepentingan menjaga demokrasi yang sudah terkonsolidasi cukup baik.

Problematika ini dipicu oleh manuver-manuver politik yang telah mengantarkan Gibran ke posisi bakal Cawapres, yang dilakukan oleh banyak aktor. 

Mulai dari Jokowi dan Prabowo, dua aktor utama drama politik ini, lima hakim konstitusi yang mengabulkan permohonan yudicial review terkait usia Capres-Cawapres, dan sudah barang tentu elit-elit partai di poros KIM dan relawan-relawan yang mengorkestrasinya.

Dari sisi pendidikan politik ada beberapa aspek tak sehat, bahkan keblinger sedang dipertontonkan kepada publik. Terutama kalangan generasi muda yang secara elektoral menjadi target segmen pemilih melalui sosok Gibran yang masih belia yang dimajukan sebagai bakal Cawapres.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline