Kunjungan seorang tokoh politik, apalagi dalam situasi mendekati pesta demokrasi dan dilakukan oleh orang yang sedang memiliki kepentingan politik sebetulnya hal biasa, lumrah, halal dan legal, dan oleh sebab itu seharusnya tidak perlu mengejutkan.
Namun kunjungan yang dilakukan Anies Baswedan Kamis siang tadi lain cerita dan daya magnetnya karena dua alasan. Pertama, kunjungan Anies dilakukan dalam situasi politik pembentukan koalisi dan pra-kandidasi kain penuh dengan "acrobat" para elit parpol. Kedua, kunjungan itu dilakukan kepada ibunda seorang ketua umum parpol yang kemarin baru saja dikecewakan oleh kawan-kawan koalisinya : Cak Imin, Ketua Umum PKB.
Ya, siang tadi Anies mengunjungi dan sowan kepada Nyai Hj. Muhassonah Hasbullah, ibunda Cak Imin, di kediamannya di komplek Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang. Cerita di "panggung depan" dari peristiwa kunjungan ini biasa, silaturahmi. Tapi siapapun yang rajin mengikuti dinamika pencapresan Pemilu 2024 mestinya faham, bahwa cerita di "panggung belakang" dari kunjungan ini pastilah tak berhenti di momen silaturahmi.
Nah, misteri cerita di "panggung belakang" itu tampaknya terkonfirmasi sudah di berbagai portal berita online : Anies pilih Cak Imin sebagai bakal Cawapresnya ! Menyertai kabar "panas" ini seperti dilansir berbagai media, Demokrat kecewa. Mereka merasa dikhianati oleh Nasdem yang kabarnya mengambil inisiatif sepihak dan memaksa Demokrat untuk menerima pemaketan Anies-Cak Imin sebagai bakal Capres dan Cawapres Koalisi Perubahan dan Persatuan.
Dinamika elektoral Pencapresan belakangan ini memang luar biasa menarik dan penuh kejutan. Dua hari lalu Prabowo baru saja mengubah nama koalisinya yang dideklarasikan pertama kali bersama Cak Imin dari Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) menjadi Koalisi Indonesia Maju (KIM), nama yang terkesan "Jokowi banget". Dan PKB terkejut sekaligus kecewa karena merasa di-fait accompli, tidak diajak berunding lebih dulu.
Kamis siang-sore ini timeline berbagai portal berita bahkan medsos diramaikan oleh kabar Anies setuju gandeng Cak Imin sebagai bakal Cawapres. Kini giliran Demokrat yang kecewa, karena alih-alih diajak berunding, justru mereka merasa dipaksa harus menerima inisiatif Nasdem-Surya Paloh ini. Padahal dengan pemaketan Anies-Cak Imin ini implikasi elektoralnya di KPP terang benderang : AHY dengan sendirinya bakal terhempas !
Apakah benar AHY akhirnya bakal terhempas dari peluang menjadi pendamping Anies memang masih harus ditunggu perkembangannya dalam beberapa hari ke depan. Namun dari beberapa faktor yang melekat pada sisi PKB-Cak Imin yang dapat memberikan insentif elektoral sekaligus beberapa faktor lemah yang melekat pada sisi Anies-KPP, potensi kegagalan AHY menjadi bakal Cawapres Anies tampaknya memang cukup besar.
Sebut saja faktor-faktor itu misalnya terkait tipikal pendukung Anies dan AHY, yang berdasarkan temuan beberapa lembaga survei relatif sama. Sementara tipikal pendukung Anies dan Cak Imin berbeda jauh. Ini artinya, dengan memilih Cak Imin maka potensi suara yang dapat didulang oleh KPP potensial lebih besar dibandingkan gabungan suara Anies-AHY yang relatif sama itu.
Dari sisi potensi "penguasaan" wilayah, Anies dan AHY juga sama-sama lemah di Jatim dan Jateng, keduanya relatif hanya dominan di Jabar, DKI dan Banten. Sementara Cak Imin relatif bagus di Jateng dan sangat kuat di Jatim. Dengan memilih Cak Imin, ruang lemah Anies-KPP di Jatim dan Jateng bisa dicover oleh PKB-Cak Imin.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah basis Nahdliyin yang dimiliki PKB di seluruh nusantara. Dengan memilih Cak Imin, Anies-KPP berpeluang besar merebut suara Nahdliyin yang melimpah itu. Wallahu'alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H