Lihat ke Halaman Asli

Propaganda Pendukung Prabowo, Propaganda Ala Nazi

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tabloid Obor Rakyat jilid 2 kembali terbit. Wah wah! Sepertinya pendanaannya sungguh enteng bagi kantong pribadi seorang staf khusus kepresidenan. Tapi satu yang pasti, barisan pendukung pasangan Prabowo-Hatta memang produsen fitnah paling produktif, walaupun telah dikecam banyak kalangan. Tak kapok, jilid kedua pun meluncur.

Hampir semua berita yang dikabarkan dalam tabloid Obor Rakyat terbantahkan validitasnya, bersifat subyektif, dan menghasut. Fenomena tabloid Obor Rakyat ini hanyalah salah satu di antara ribuan kampanye hitam dan fitnah yang dilancarkan barisan pendukung pasangan Prabowo-Hatta. Sepertinya, pimred Setyardi Boediono bekerja dan mendapatkan ilham setelah mengasap kemenyan. Karena isinya sungguh fenomenal, kebohongan yang dibalut dengan cita rasa murahan.

Tapi, Tabloid Obor Rakyat ini bukan satu-satunya kampanye hitam yang disebar. Ada beberapa cetakan lain yang menjangkau pelosok-pelosok pedesaan untuk menyebarkan fitnah dan kabar bohong terhadap pasangan Jokowi-Kalla.

Berdasarkan analisis percakapan di media sosial yang dilakukan politicawave.com, pasangan Jokowi-Jusuf Kalla lebih banyak menjadi sasaran kampanye negatif. Politicawave melakukan pemantauan percakapan di media sosial selama Mei 2014 lalu, seperti di Facebook, Twitter, blog, YouTube dan media online. Direktur Eksekutif Politicawave Yose Rizal mengatakan bahwa serangan kampanye negatif untuk Jokowi mencapai 95 persen.

Sungguh memalukan cara-cara yang dipakai oleh kubu Prabowo-Hatta ini untuk mewujudkan keinginan mereka. Maklum, si Jenderal telah kadung menahan libido kekuasaan sejak lama, dan tahun 2012 lalu seakan-akan tak ada yang mampu mengalahkannya menjadi presiden berikutnya. Tak disangka di tengah jalan, bertemu lawan yang lebih kuat. Sakit hati, itu pasti. Menghalalkan segala cara, toh itu sudah biasa ditempuhnya.

Mereka tidak peduli jika masa kampanye ini harus membangun kesadaran positif rakyat, semangat persaudaraan, dan kemauan untuk membangun bangsa. Tidak ada itu di kamus mereka.

Jadi, jangan berharap dalam masa kampanye ini, kelompok pendukung Prabowo-Hatta ini menunjukkan kelebihan dalam penguasaan konsep, data, dan informasi yang dipakai untuk membangun negeri. Yang mereka lakukan adalah menyerang dan memojokkan lawan sehabis-habisnya, tentu saja dengan berita-berita fitnah semacam Obor Rakyat. Bahkan yang menggelikan, kelompok yang diisi oleh mereka yang gemar berkata haram, bid’ah, musyrik ini, malah menjadikan tweet @ragil_nugroho sebagai data utama. Patutkah dipercaya omongan seorang bermental gembel? Lalu komentar tokoh Mahfud MD yang mengaku mendapat bisikan gaib dari Gus Dur. Apa kabar alam nyata, Pak Profesor?

Oiya, akun twitter yang satu itu gemar sekali menceritakan kisah-kisah klenik yang berkaitan dengan capres Jokowi. Ada cerita tentang Jokowi yang memecat seorang dukun dari Sukoharjo. Atau kisah mistis Jokowi yang melihat penampakan Batara Kala pada diri Jusuf Kalla. Walau hampir dalam setiap akhir kicauannya, @ragil_nugroho selalu bilang : “….tidak usah terlalu dipercaya.”, namun pada hari-hari berikutnya kisah-kisah klenik yang menjelek-jelekkan Jokowi tetap dilanjutkannya. Sungguh menggelikan, sepertinya manusia satu ini terbiasa berkomunikasi dengan pohon besar dan semedi di sungai.

Tampaknya barisan pendukung Prabowo sedang belajar cara propaganda ala Nazi Jerman, tapi masih mentah dan sok piawai. Propaganda semacam itu, adalah metode kesukaan Nazi, memberikan perhatian pada hal-hal yang berbau mistis untuk dicampurkan dalam propaganda. Cara-cara busuk dan murahan, dan tujuannya apalagi jika bukan untuk menyingkirkan lawan-lawan yang menghalangi ambisi politik mereka. Nazi menggunakan dokumen-dokumen mistik dari abad pertengahan untuk membenarkan dalih pemurnian ras Jerman. Namun bedanya Nazi melakukan propaganda berdasarkan penelitian mendalam yang berani diperdebatkan secara akademis, sementara barisan pendukung Prabowo hanya berceloteh tanpa dasar yang kuat. Tak usah heran, jangankan untuk membuat berita tak berdasar, untuk menuding orang lain kafir saja mereka sudah sangat biasa dan terlatih.

Ngomong-ngomong, jika ingin melihat bagaimana Nazi berhasil merebut kekuasaan, Hitler berkuasa melalui sistem yang demokratis, tapi cara-cara propaganda dan kampanye mereka tetap menunggangi hal-hal mistis. Sama saja dengan cara-cara propaganda orang-orang Prabowo ini. Yang membedakan adalah level analisis dan kecerdasan. Jika untuk mendukung propagandanya, Nazi mengumpulkan 140 ribu buku dan dokumen di Kastil Count Haugwitz, pendukung Prabowo mengumpulkan para pengangguran yang dibayar untuk melakukan kampanye hitam di berbagai media.

Sebenarnya masyarakat sudah cerdas dalam memilah-milah mana kabar yang sesuai dengan fakta sebenarnya dan mana yang abal-abal. Fakta-fakta yang menggugurkan serangan kampanye hitam dan fitnah dari kubu Prabowo-Hatta telah banyak disajikan. Beberapa dapat dibaca dalam link-link berikut :

http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/06/269583021/22-Kampanye-Jelekkan-Jokowi-di-Media-Sosial

www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/06/12/n71jek-di-depan-ulama-jokowi-mengaku-tidak-terlibat-kasus-transjakarta

http://www.merdeka.com/politik/jokowi-h-itu-haji-bukan-herbertus.html

http://www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/06/10/n6wpno-heboh-contekan-jokowi-di-debat-capres-ini-penjelasannya

Namun barisan pendukung Prabowo-Hatta yang sedang kesetanan karena bercampur dengan mistis kemenyan ini memang memiliki prinsip utama; mencemari air adalah bersenang-senang, karena lebih mudah mencemari air daripada menjernihkannya. Operasi fitnah dan kabar bohong semakin gencar dilaksanakan untuk mencemari pikiran masyarakat luas. Mereka tidak peduli dengan kesepakatan untuk melaksanakan dan menjaga pilpres yang damai. Tujuan mereka hanya satu: untuk meraih kekuasaan, tidak peduli dengan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika, bahkan Pancasila sekalipun taruhannya.

Amboi, jangan-jangan dalam perekrutan Panasbung, mereka memakai materi dasar operasi propaganda Nazi. Karena memang orang-orang di sekeliling Prabowo begitu khatam akan cita-cita fasisme. Tapi, barangkali mereka patut diingatkan, bahwa operasi propaganda Nazi kala itu menjadi aib sejarah yang membuat malu masyarakat Jerman, bahkan hingga kini. Lihat saja bagaimana ahli propaganda Nazi Jerman, Joseph Goebbels, pernah menulis : “…tidak ada orang yang dapat mengatakan propagandamu itu terlalu kejam, rendah, atau brutal, itu bukanlah kriteria yang relevan. Tujuan (propaganda) adalah bukan untuk menjadi jujur, adil, lemah lembut atau rendah hati , melainkan untuk berhasil…….Tidak ada standar keadaban dalam propagandamu.”

Memang sepertinya kata BERADAB tidak masuk ke dalam prinsip hidup mereka.

Sudah jelas, barisan pendukung Prabowo-Hatta tidak akan berhenti melakukan operasi fitnah dan kabar bohong sampai mereka menang dalam pilpres nanti. Bahkan untuk menyebarkan isu-isu ancaman kerusuhan jika Prabowo-Hatta tak memenangkan pilpres. Masalahnya sekarang ada pada diri kita sebagai pemilih.

Maukah kita terhasut oleh operasi fitnah dan kabar bohong yang disebarkan dari kubu Prabowo Hatta? Maukah kita digiring menuju peradaban gelap ala Nazi Jerman? Dan siapkah anak cucu kita menanggung malu dan aib sejarah, melihat bagaimana tak beradabnya pemimpin mendapatkan jabatan mereka?

http://regional.kompas.com/read/2014/06/10/2208402/Tabloid.Obor.Rakyat.Edisi.II.Kembali.Beredar.di.Jember

http://www.solopos.com/2014/06/07/pilpres-2014-mahfud-mengaku-mendapat-bisikan-gaib-dari-gus-dur-soal-prabowo-511930

Membangun Reich Ketiga dari Mistik, Kamis, 17 Januari 2013

Goebbels, Joseph. Knowledge and Propaganda. German Propaganda Archive




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline