Lihat ke Halaman Asli

Dari Menulis, Berbuah Karya untuk Pembaca

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menulis adalah sesuatu buatku.  Semenjak kelas tiga SD, menurut cerita orang tua, aku kerap mencorat-coret buku pelajaran sekolah dan membubuhkannya dengan sepenggal cerita.  Saking sukanya menulis, hampir semua isi buku pelajaranku dipenuhi pula dengan goresan tulisanku. Ketika masih SD, goresan cerita yang kutulis masih seputar impianku sebagai bocah kecil terhadap warna-warni kupu-kupu. Kadang berupa cerita, kadang berupa puisi. Darah menulisku menurun dari bapakku yang seorang wartawan angkatan tahun 1966. Dari beliau aku sering mencuri lihat bapakku sibuk menulis dan mengetik dengan mesin ketik sepuluh jarinya. Kegemaranku menulis rupanya berlanjut hingga SMA. Namun di sini aku mulai memberanikan diri menampilkan karya menulisku di majalah dinding. "Duh senang dan bangga kalau melihat teman-temanku membaca karya cerita pendek atau puisiku". Kegiatan menulisku berkelana hingga ke bangku perguruan tinggi. Di kampus tempatku menuntut ilmu, ilmu yang kuperoleh tak sekadar menulis, tetapi aku juga digembleng menjadi seorang reporter. Dan inilah pengalaman hidup berharga kedua yang kudapat dari bangku pendidikan tinggi. Puas berkelana menjadi reporter, membawaku menjadi giat menulis. Kali ini, kemampuan menulisku hijrah ke dunia buku. Dan, aku pertama kali bersentuhan menulis buku secara tidak sengaja. Ketika itu di tahun 2001 aku diminta menuliskan sepuluh judul buku seri wirausaha.  Padahal aku hanya berlatar belakang seorang reporter. Pengetahuan menulis buku kuperoleh secara otodidak. Aku belajar menulis buku sembari membuatkan buku pesanan orang sebanyak sepuluh judul. Jalan yang kutempuh pertama kali ini rupanya baru kuketahui namanya adalah sebagai ghost writer. Masya allah, jadi kali pertama aku bersentuhan dengan dunia buku, aku memulainya justru dengan menjadi penulis bayangan atau ghost writer. Kala melihat karya menulis yang aku buat untuk orang lain itu, baru muncul hasrat di hatiku untuk menulis buku untuk diriku sendiri. Nah, di sinilah aku mulai semakin cinta dengan kegiatan menulis. Karena dari kegiatan menulisku ini aku tak hanya melahirkan sebuah karya, namun kegiatan menulisku ini dapat menjadi karya yang dapat dibaca banyak orang atau pembaca. Jadi menulis buatku merupakan sesuatu banget yang tak saja menyenangkan hatiku tetapi juga banyak orang. Dari kegiatan menulis ini aku membuat "rumah buku" dengan label namaku.  Sehingga memudahkan klienku yang ingin memesan kegiatan kepenulisan untuk berkunjung ke rumah.Kini kegiatan menulisku merambah tak hanya menulis coret-coretan di atas buku pelajaran sekolah, tetapi kini coretanku mulai dibukukan dan juga menulis untuk kegiatan pembelajaran skenario bersama teman-teman. Tak ada kata terlambat bagi Anda, jika ingin menyelami nikmatnya kegiatan menulis... yuk berbagi informasi, cerita dan kebahagiaan dengan menulis apa yang hendak kita tulis ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline