Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk dapat berkarya dan meraih prestasi. Setidaknya inilah pesan yang coba disampaikan dalam tayangan film yang belum lama ini Aku saksikan dengan judul The Music of Silence yang didasarkan dari sebuah novel tahun 1999 dengan judul yang sama dan ditulis langsung oleh Sang Maestro Andrea Bocelli.
Kisahnya terinspirasi oleh kehidupan masa kecilnya hingga awal meniti karir dan merengkuh kesuksesan.
Dalam film ini peran Andrea Bocelli dimainkan oleh Toby Sebastian dengan alter ego Amos Bardi. Pada tahun 1958, di Desa Tuscany lahirlah bayi laki-laki yang di namai Amos Bardi.
Belum genap satu tahun, sang Ibu mulai menyadari ada keanehan pada bayinya dan setelah di periksakan ke dokter rupanya anak sulung pemilik peternakan ini di diagnosa congenital glaucoma yakni kondisi salah satu mata mengalami keterbatasan untuk melihat, dengan pandangan yang buram.
Serangkaian operasi pun sudah dilakukan tapi hasilnya tidak memuaskan. Meski memiliki keterbatasan, Amos Bardi tumbuh menjadi anak aktif yang selalu ingin tahu segala hal. Kendati demikian Ia berada di tengah keluarga yang begitu menyayanginya. Untuk menyeimbanginya, Amos di kirim ke sekolah khusus Tunanetra dan belajar huruf Blaire.
Ia seorang bocah yang energik dan ceria, di antara teman lainnya Amos masih bisa sedikit melihat walau buram. Hingga suatu kecelakaan ketika bermain bola membuatnya kehilangan penglihatan seutuhnya.
Kejadian yang pilu bagi yang menyaksikan di mana Amos Kecil begitu ketakutan ketika di sekitarnya tiba-tiba menjadi gelap padahal saat itu bersama keluarga nya Ia akan berjalan-jalan dengan menaiki kuda kesayangannya. "Mama, tolong. Mataharinya pergi. Mataharinya menghilang". Ibunya memeluknya dan menangis pilu.
Dipenuhi dengan kemarahan, kesedihan dan penolakan, Amos Bardi mulai putus asa, Ia merasa kehidupan tak adil padanya. Hingga suatu hari pamannya membawa Amos Bardi ke kompetisi bakat menyanyi.Paman Giovanni menyadari bahwa anak itu memiliki ketertarikan pada seni suara dam musik Opera begitu pula guru musiknya di sekolah.
Kendati demikian jalan untuk meraih kesuksesan tidaklah mudah. Jatuh bangun dan rasa kecewa menghampiri Amos Bardi namun tetap saja Ia terus berusaha untuk tidak mudah menyerah untuk menggapai impiannya sampai akhirnya sukses dan menjual lebih dari 80 juta album ke seluruh dunia.
Cerita perjalanan yang terus berkembang dengan banyak rintangan dan menemukan cinta juga persahabatan. Amos Bardi bertemu, jatuh cinta dan menikahi seorang wanita cantik bernama Elena.
Meski semula hubungan itu hampir gagal karena sebuah kekeliruan.Di sepanjang film hingga akhir, terutama ketika masa jatuh dan bangkit, ada beberapa dialog yang memiliki maknanya begitu dalam. Misalnya, ketika paman Giovanni memberikan dorongan tentang potensi suara Armos Bardi, Ia mengatakan "Beryanyilah hingga kau tak bisa mendengar suaramu."
Watak atau karakter yang coba ditampilkan dalam sosok Armos Bardi ini adalah meskipun nasib buruk datang bertubi-tubi tapi ia tidak mudah menyerah.