Lihat ke Halaman Asli

Menelusuri Jejak Si Pitung di Marunda

Diperbarui: 22 Juli 2019   17:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama Click Kompasiana (gbr: Dian Kelana)

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menikmati akhir pekan dengan cara santai dan sederhana. Misalnya mengunjungi berbagai tempat yang unik, seperti yang Saya lakukan bersama teman-teman Click Kompasiana pada 13 Juli 2019 lalu.

Rumah Si Pitung - Marunda

Kami menelusuri jejak-jejak dari sang legenda Betawi 'Si Pitung' di Marunda - Jakarta Utara. Ternyata sudah lama juga Saya tidak mengunjungi area ini padahal dahulu saat masih sekolah di bangku SMP, lautnya yang sekarang orang mengenalnya Pantai Marunda tempat yang sering dikunjungi bersama Ayah dan adik.

dokpri

Tempat pertama yang Kami kunjungi adalah Rumah panggung berpelitur merah kecokelatan dimana selama ini dikenal sebagai Rumah Si Pitung. Cukup takjub, sekarang sudah banyak perubahan. Areanya yang dahulu di kelilingi tambak-tambak dan rawa sekarang sudah lebih tertata. Seingat Saya bangunan ini dahulu sering luput dan jarang dikunjungi. Tapi dengan perubahan sekarang, Saya cukup senang melihat perubahan yang ada lebih rapi dan tertata. Dan sekitarnya sudah cukup ramai dengan adanya pemukiman penduduk.

Keberadaannya sebagai cagar budaya semakin memiliki nilai. Bahkan setiap sabtu dan minggu sering dipergunakan untuk latihan tari dan drama, latihan pencak silat dan ada juga beberapa kuliner betawi seperti kerak telor. Di bagian belakang bangunan yang sering disebut Museum Kebaharian ini juga ada bangunan tambahan untuk mushola dan toilet sedangkan gazebo ada di hadapan bangunan rumah 'Si Pitung'.

Rumah berbentuk panggung ini bagian dalam rumahnya terbagi atas beberapa bilik, dari halaman depan berisi kursi kayu dan ada buku tamu di situ diharapkan pengunjung untuk menuliskannya. Di sisinya ada sebuah manekin baju pria Pangsi Betawi yang merupakan setelan pakaian berupa baju kemeja polos yang agak longgar serta celana yang juga longgar dan panjangnya tidak melebihi mata kaki. 

Dalam kultur Betawi, pangsi digunakan oleh jawara bahkan ada yang menyebutnya baju Si Pitung. Memasuki ruang tengah ada kursi tamu, lantainya terbuat dari dipan kemudian ada satu ruang kamar, ruang tengah (ruang kumpul), ruang makan dan dapur di akhirnya ada serambi belakang. 

dokpri

Sebagai seorang Betawi, jujur saja Sayapun tak begitu mengetahui secara persis keabsahan sang legenda betawi Si Pitung. Yang Saya ketahui Ia adalah seorang jago pencak silat asal Rawa Belong yang sangat dibenci dan disegani oleh Belanda lantaran di anggap sebagai pemberontak, mengenai kematiannya pun begitu banyak versi.

Kemampuan bela diri Si Pitung didapatkannya dari hasil berguru ke seorang ahli tarekat yang juga pandai bermain silat di Kampung Kemayoran bernama Guru Na'ipin, nama perguruan itu bernama Pituan Pitulung yang disingkat menjadi Pitung.

Menurut cerita yang pernah Saya dengar juga, sebenarnya bangunan di Marunda itu bukan asli rumah 'Si Pitung' tetapi hanya sekadar singgah di rumah bergaya Bugis itu dan tidak pernah tinggal di sana. Konon bangunan itu milik saudagar dari Sulawesi sekaligus pemilik tambang.

Rumah Si Pitung dibuka setiap hari pada pukul 08.00-17.00. Untuk harga tiket masuknya bervariasi, yakni Rp 1.500 untuk rombongan pelajar hingga Rp 5.000 untuk dewasa perseorangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline