Lihat ke Halaman Asli

Takdirku

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pelog reog ponorogo terdengar merdu ditelinga.Bunyi gamelan tersebut seolah-olah mengisi ruang desaku.Aksi-aksiku dan teman-teman dalam reog ponorogo kali ini telah membuat banyak orang terkesima.Semua penduduk desa tampak semangat dan terhibur dalam menonton pertunjukan disebuah acara sunatan anak kepala desa tersebut.Aku memang sudah dua tahun ini terlibat dalam kesenian tradisonal didaerahku, sebenarnya kesenian yang sering disebut-sebut reog ponorogo ini di daerahku disebut gemblak, bukan reog ponorogo.Memang gemblak adalah salah satu jenis kesenian semacam reog ponorogo, dan semuanya aksi-aksinya dalam kesenian ini juga sama persis dengan reog ponorogo.

Mungkin hanya saja namanya beda tapi pada intinya kesenian tradisional ini sama saja.Semua kesenian tradisonal semacam ini atau lainnya perlu sekali untuk dilestarikan supaya tidak dipatenkan negara lain yang suka dengan kesenian negara kita Indonesia ini.Aku ikut bergabung dalam kesenian tradisional ini selain ingin melestarikannya juga untuk mencari uang untuk membayar uang sekolah seperti SPP, uang LKS dan biaya iuran lainnya.Awalnya memang aku ikut bergabung denganseni ini untuk memenuhi kebutuhan sekolahku yang terbengkalai karena biaya tapi lambat laun aku merasa ada ikatan batin dengannya.

Didunia ini aku hidup bersama nenekku, maklum kedua orang tuaku sudah pergi ke surga dan tidak ada lagi didunia ini.Semenjak kepergiaan mereka aku hidup bersama nenekku tercinta walau saudara-saudaraku atau bisa dibilang anak-anak nenek lainnya tidak suka terhadapku.Mereka sangat benci denganku, Entahlah apa yang membuat mereka begitu bencinya denganku tapi aku pun terima dengan ikhlas.Aku tinggal disebuah desa yang bernama Taji dusun Karangpoh kecamatan Tambakrejo Bojonegoro Jawa timur.Desaku memang indah dan elok, apalagi jika sore hari tiba maka pemandangan dari sebuah pematang sawah tampak indah dan sejuk ketika matahari hampir kembali keperaduaannya.

Sekarang ini aku masih duduk dibangku SMA kelas3 IPA.Dan aku sangat mencintai kebudayaan Indonesia lebih-lebih keseniannya yang bisa membuatku terbawa kea wan.Rasa cintaku terhadap kesenian yang sering aku panggil gemblak ini bisa membantuku dalam biaya sekolah tingkat atas walau tidak sepenuhnya terkadang aku juga mencari rosok (barang-barang bekas) untuk dijual ke pengempul nantinya untuk tambahan keuanganku, semata-mata hanya untuk biaya aku sekolah dan terkadang jika ada sisa aku berikan ke nenek.Apalagi nenek hanya bekerja sebagai penjual baju dan kaos batik di pasar. Itupun barang dagangannya juga bukan milikkya sendiri, intinya nenek menjual baju dan kaos batik milik orang lain dan nanti jika sudah banyak terjual nenek baru mendapat upah dari mereka.

***

Seusai pertunjukan aku pun pulang ke rumah tentunya rumah siapa lagi kalau tidak rumah nenek dan tentunya pulaaku belum dapat upah dari pertujukan tadi karena memang belum dikasih sama yang punya hajat.Dan biasanya baru besuk lusa uag upah tersebut dikasih.Kali ini aku memasuki rumah yang sederhana, berdinding kayu bamboo yang disulam dan tampak atap-atap rumah sudah ada yang bolong.Tak lama kemudian nenek datang mengahmpiriku yang sedari tadi duduk di kursi bambu sambil minum air kendi.

Rahmat, Uwes muleh, le..(sudah pulang nak..).” Tanya nenek sembari duduk dibelakangku.

empun mbah..(sudah nek).” Jawabku santai dan tenang.

Kemudian nenek mengelus-ngelus rambutku dibarengi senyumnya yang indah dan menenangkan jiwaku.

Senja telah muncul diufuk barat dan matahari sudah tenggelam.Suara adzan magrib sudah menggetarkan jiwa bagi insan dipenjuru desa dan seperti biasasetiap sorenya aku segera bergegas ke mushola atau kami sering menyebutnya langgar.Disana aku belajar ngaji sama kyai dan juga mengajari anak-anak kecil mengaji dan diakhiri hingga isya tiba.

Seusai aku dari mushola aku pun pulang ke rumah dan istirahat.Jika nantinya aku terbangun dalam waktu sepertiga malam aku pun langsung sholat tahajud.Tetapi jika tidak berarti Allah sudah mengaturnya.Tetapi aku selalu bangun subuh tepat waktu dan seusai sholat subuh aku membantu nenek dulu untuk mengantar jualan pakaian batik yang dijualnya ke pasar dan baru kemudian aku berangkat ke sekolah, tentunya dengan jalan kaki, soalnya mau naik transportasi juga tidak punya dan tidak ada uang saku pula.Jika jalan kaki jaraknya lumayan tidak terlalu jauh tapi aku harus berangkat sepagi mungkin agar tidak telat walau aku harus melewati hutan-hutan belantara dulu dan menyebarangi sungai setelah itu tiba disekolahku, maklum daerahku masih dikelilingi dengan hutan dan sungai jadi sekolahnya terletak diseberang desa.Dan bagiku uang saku tak begitu penting walau sebenarnya jika ada temanku yang jajan rasanya juga ingin menikmatinya tapi apa daya aku ini, aku harus bisa bersyukur karena aku masih bisa sekolah hingga tingkat SMA.Bagiku pendidikan itu nomer satu.Sesungguhnya cita-citaku ingin menjadi guru karena menurutku guru adalah profesi yang mulia dan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang bisa menularkan ilmu kepada murid-muridnya.Aku ingin sekali suatu kelak nanti bisa memberikan ilmu-ilmuku kepada setiap anak bangsa yang ada di Indonesia ini.

Sebenarnya sudah tiga tahun lamanya aku belum membayar uang gedung yang diminta oleh sekolah sebagai iuran pembangunan mushola dan lain-lainnya yang ada disekolah karena uangku hanya cukup untuk bayar bulanannya atau SPP dan Buku LKS untuk pendoman pelajaran.Ini adalah hambatan untukku jika tidak aku bayar maka aku tidak bisa ikut ujian nasional nanti.Apalagi aku sudah kelas tiga dan sebentar lagi akan ujian kelulusan.

“ kapan mau bayar, rahmat? Sudah tiga tahun lho, kamu ini punya tunggakan!” Tanya Bu umi-bendahara sekolah.

“ iya bu! Aku mengerti, tapi tolong bu beri akuwaktu penangguhan sampai hari sebelum ujian nasional.” Pintaku lirih.

“ Rahmat, rahmat! Ibu sudah begitu sabar menunggumu untuk bayar, ujian nasional kurang seminggu lho, baiklah karena kamu anak yatim piatu jadi ibu maklumi.dan ibu tahu kamu sekolah dengan kerja kerasmu sendiri dengan mencari rosok dan menjadi seniman gemblak.yo wes lah..aku tunggu yo…dan jangan lupa lunasi SPPbulan ini” kata bu umi sabar dan santai.

“ Terima kasih bu atas pengertiannya…aku janji akan segera membayarnya minggu depan!” jawabku serius dengan perasaan yang lega dan mata yang berbinar-binar karena terharu.

Selang beberapa menit kemudian aku pun keluar dari ruang adminitrasi sekolah.Sebenarnya orang seperti aku ini harus dapat keringan biaya tapi aku mengerti sekolahku ini tergolong baru dan baru saja tiga tahun didirikan jadi belum ada beasiswa yang masuk apalagi sekolah SMAku ini terdekat dengan desaku jadi kalau mau ke sekolah tidak perlu biaya mahal bahkan bisa gratis untuk pergi kesana.

Disekolah aku adalah salah satu murid terpandai dan selalu mendapat juara satu sekelas maupun umum disekolahku.Sungguh luar biasa bagiku dan ini merupakan sebuah anugerah tetapi ketika harus menghadapi biaya sekolah yang begitu besar dan mahalaku sedikit rapuh tetapi bila aku ingat Allah dan nenekku aku jadi semangat kembali untuk meraih cita-citaku kelak.

Seperti sekarang ini, seusai sekolah aku pun segera mungkin ganti pakaian tanpa harus makan siang terlebih dahulu.Aku langsung saja luncurkan diriku keluar rumah untuk mencari rosok dan ini sudah menjadi kegiatanku sehari-hari.Mulai dari tumpukkan sampah aku cari-cari barang-barang yang masih bisa digunakan dan bisa didaur ulang.Dan juga terkadang aku mendapatkannya dari seorang warga yang sangat peduli padaku.Jika sudah selesai dan katong yang ada dipunggungku penuh dengan rosok, aku pun segera membawanya ke pengempul.Panasnya mentari tak bisa buat aku patah arang dan dinginnya air hujan tak bisa membuakut putus asa untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah.Dan semangatku tetap berkobar untuk masa depanku walau hatiku masih ragu untuk melnjutkan ke perguruan tinggi pasti tentunya biaya yang sangat besar yang harus dipersiapkan.

Malamnya aku bongkar celenganku yang berbentuk ayam berkokok ini.Aku kumpulkan satu persatu mulai uang kertashingga uang koin.Aku terus menghitungnya.

“ seribu, seratus perak, lima ribu,…” gumamku.

Tak lama kemudian nenek menghampiriku.

Loh, kok di pecah celengane le…kenopo? “ Tanya nenek serius.

Sebenarnya aku tidak mau memberitahu nenek tentang pembayaran sekolahku tapi apakah aku harus bohong.Selama ini nenek telah mengajariku agar tidak bohong tetap dengan keyakinanku aku menarik nafas dalam –dalam dan mengelurakannnya kembali.

inggih mbah, kulo ba’dhe bayar uang gedung lan BP3 ulan niki mbah (iya nek, aku mau bayar uang gedung dan SPP sekolah).” Jawabku pelan dan jelas.

Cukup ga’ le.Yen urung cukup mbah isek duwe duwit sisane opahe dodolan klambi batik,.(cukup tidak nak, kalau belum cukup nenek masih punya uang dari upah jualan pakaian batik kemaren.)” tawar nenek serius.

mboten mbah, empun! (tidak usah nek, cukup!).” jawabku ragu.

“ lah, piye nek iki orang cukup..yo ga opo-opo.uwes tak jupuk no duwete. (bagaimana kalau tidak cukup, ya sudah tidak apa-apa. Biar nenek ambilkan uangnya ya..)ujar nenek sembari melepaskan dirinya dari kamarku dan kemudian mengambil uang tersebut dikamarnya.

Selagi nenek mengambil uangnya dan mau membawanya ke kamarku, budhe sumini datang menghampirinya ketika berada diruang tengah.Wajahnya budhe syarmini tampak bengis dan matanya memancarkan rasa benci.

mbok, kok gowo duwit akeh men, kanggo sopo iku.(bu, ko bawa uang banyak sekali, itu untuk siapa).” Tanya budhe sumini dengan penasaran.

“ iku loh, ponakanmu, rahmat! Ape bayar sekolah duwete kurang…mbok mumpung enek duwet yo tak bantu, lah nek rahmat duwe duwet mbok e yo di wenehi kanggo blonjo. (itu loh, ponakanmu, rahmat! Mau bayar sekolah uanganya kurang jadi mumpung ibu ada uang cukup ibu bantu dia, kan itung-itung bantu cucu sendiri biasanya kan rahmat juga kasih ibu uang buat belanja).” Jelas nenek dengan tenang.

ponak’an-ponak’an.enak wae! Emange de’e sopo! Eling-eling mbok, ayu emake’ rahmat iku ora sopo-sopone kene, de’e cumak anak angkat sing gowo aib nong kelurga kene,…ngerti to mbok.(Ponakan, gak bakalan aku anggap ponakan! Memangnya dia siapa! Ingat-ingat bu, ayu ibunya rahmat itu hanya anak angkat yang membawa aib dalam keluarga ini).” Tukas budhe sumini dengan lantang.

Perkataan budhe sumini terdengar begitu nyaring masuk kamarku dan membuatku sedih sehingga airmataku pun jatuh membasahi pipiku.Apalagi ketika ibuku disebut sebagai pembawa aib.Rasanya persaan ini bagai tersambar petir.Tetapi tampaknya nenek tak menghiraukan kata-kata budhe sumini dengan seriu, buktinya dia tak meladeni lagi percakapan budhe sumini tersebut dan lebih memilih segera masuk ke kamarku dan memberikan uang itu ke aku.Aku pun dengan berat hati dan merasa bersalah menggabungkan uang tersebut dengan uang yang ada dicelenganku ditambah uang hasil jual rosok tadi siang dan ditambah lagi uang hasil main kesenian di rumah kepala desa kemaren.Akhirnya aku pun merasa lega karena sudah ada uang untuk membayar uang sekolah tersebut.Semoga selalu ada harapan untuk orangseperti aku ini untuk menjadi sukses suatu kelak nanti dan bisa membahagiakan nenek.

***

Fajar sudah menyising dari ufuk timur.Aku pun bergegas mandi setelah sholat subuh.Tetapi budhe sumini sepertinya masuk kamarku,Entah apa yang dia cari tapi aku tak tahu pasti.Aku hanya bisa berbaik sangka kepadanya.Aku pun dengan tenang mandi di jambangan (semacam tempat mandi dijawa) belakang rumah.Seusai aku mandi langsung saja aku bergegas menuju kamarku dan tentu budhe sumini sudah tidak ada ditempat tersebut.Setelah aku berseragam SMA dan hendak mengambil uang untuk bayar uang gedung dan SPP yang sudah aku kumpulkan tadi malam.Ternyata uang tersebut taka da ditempatnya.

“Astagfirullahaldzim…uangnya kemana.” Batinku

Dan aku pun tertunduk lesu diatas kasur.Aku pun berfikir picik bahwa pasti budhe sumini yang mengambil uang tersebut alias dia mencurinya.Aku tahu dia sangat benci denganku semenjak ibuku berbuat salah dengan keluarga nenekdan membawa aib yang ia sebut tadi malam, tapi kan ibu sudah meninggal tak seharusnya dia mengungkit-ungkit lagi masalh tersebut dan tak seharusnya pula ia membenciku dan mencuri uangku tersebut.Aku menangis dalam hati, padahal harapanku untuk membayar uang sekolah tersebut sudah didepan mata.Tetapi dalam hatiku penuh keyakinan bahwa Allah sedang mengujiku hari ini.

Aku langsung bergegas mencari nenek untuk pamit sekolah dan masalah uangku yang hilang aku sembunyikan dari nenek.Sesampainya aku melangkah didepan pintu, tiba-tiba sebuah ide cermelang datang dalam otakku dan aku kembali ke nenek.Dan aku meminta nenek untuk mengizikan aku ikut membantu menjual pakaian batiknya ke sekolah hari ini.Dengan senang hati nenek pun mengizinkannya.Aku langsung bawa pakaian-pakaian batik tersebut kes sekolah dengan hati riang.Dan sesampainya ke sekolah aku langsung pamerkan dan pasarkan ke bapak dan ibu guru dikantor sebelum jam kelas masuk.

“ Ibu-ibu, bapak-bapak guru budiman! Baju batik ini sangat menciri khas kan Negara kita Indonesia, dan apabila bapak dan ibu guru memakainya maka akan sangat menghargai kebudayaan Indonesia ini.Dan cinta tanah air serasa melekat dijiwa kita, apalagi ibu bapak guru membantu anak yatim piatu seperti saya ini.Pastilah akan sangatlah bermanfaat.Dan ini semua aku lakukan untuk membayar uang sekolahku dan membantu nenekku dirumah,…” kata-kataku dengan bermaksud agar ibu dan bapak guru mau memebelinya walau mataku sedikit berkaca-kaca karena mengingat pedihnya hidup yang penuh perjuangan.

“ memangnya satu berapa, ini rahmat! Ibu mau beli, tertarik sekali,…” Tanya seseoarng guru perempuan.

Dan semua guru-guru lain juga pada berkerumun mengelilingi barang daganganku ini.

“ satu style hanya Sembilan puluh ribu bu,..beli ya bu.” Kataku dengan penuh harap.

“ keluargamu suka batik ya…” Tanya salah satu guru lagi.

“ SANGAT CINTA DENGAN BATIK bu,…semenjak nenek saya masih muda.Dia selalu memakai batik setiap harinya, maklum orang jawa asli bu, apalagi nenekku dulu orang jogja…akan sangat membanggakan jika semua orang Indonesia tiap harinnya memakai batik, pasti akan terasa sekali budaya itu di Negara kita bu, kami juga makan tiap harinya dari hasil penjualan batik bu, dari dulu sebelum oarangtuaku tiada..jadi batik sangat berjasa untuk keluarga kami,,,,” jelasku dengan penuh penhayatan.

“ luar biasa ya! ya sudah ibu beli satu style ya sama bawahannya…” kata ibu guru itu lagi.

“ iya bu…..” jawabku sambil membungkusnya.

“ ini barang dagangan milik sendiri, rahmat.” Tanya ibu guru lagi.

“ Tidak bu, ini semua milik para pemodal yang baik hati mau memberikan kepercayaan pada kami untuk menjual barang dagangannya.” Tukasku jelas.

Akhirnya jualan pakaian batik nenek pun laris diborong oleh guru-guru tersebut. Aku senang hari ini dan sepulang sekolah aku pun memberikan uang tersebut ke nenek.Dan nenek lekas memberikan uang hasil penjualan tersebut ke pemiliknya.Dan nenek pun mendapatkan upahnya cukup lumayan untuk kebutuhan sehari-hari.Kali ini akupun kembali dengan kegiatanku sehari-hari apalagi kalau bukan mencari rosok untuk dibawa ke pengepul untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mengganti uang yang hilang buat bayar SPP, tapi enahlah sampai kapan uangnya akan terkumpul mengingat uang gedung dan SPP yang lumayan besar bagi orang seperti aku ini.

Lambat hari nenek pun tahu tentang masalahku kehilangan uang dan belum bayar uang sekolah.Dan nenek relakan uangnya kemaren untuk diberikan ke aku buat bayar uang gedung dan SPP tersebut.Tetapi pengorbanan yang nenek dan aku lakukan tidak sampai disini ternyata uang yangdiberikan ke aku buat bayar itu persediaan bua makan sehari-hari jadi selama dua hari dua malam kami berdua tak makan dan hanya minum air putih sedangkan saudara-saudara kami tak peduli dengan kami disini karena mereka sangat benci sekali denganku.Ini adalah cobaan Tuhan yang sekian kalinya.

Tetapi walau begitu uang gedung dan SPP sekolah akhirnya terbayar sudah dimuka bu umi-pegawai administrasi disekolahku.Ada rasa lega dan bingung serta sedih.Ternyata bagi orang sepertiku ini mau bayar sekolah saja harus berjuang mati-matian dan hanya neneklah yang selalu menyemangatiku dan selalu sayang sama aku.

Waktu terus bergulir ujian akhir nasional pun sudah diambang pintu.Dan hari ini akan segera dimulai, aku pun persiapankan diriku untuk menghadapinya hingga usai.Aku duduk tenang dan pikiran segar kali ini.ati selalu berdoa agar Allah memberikan yang terbaik bagiku hari ini dan esuk.Akhirnya ujian dimulai dan aku kerjakan dengan tenang dan penuh kosentrasi.Seusai ujian akupu langsung pulang kerumah dan langsung beljar lagi dan begitu seterusnya hingga ujian akhir sekolah selesai.

***

Tiga hari telah berlalu.Dan ujian akhir nasioan telah usai.tinggal pengumuman yang dirunggu.Rasa jatungku sebenarnya deg-degan apalagi kali ini bapak dan ibu guru bertandang ke rumahku dan tepatnya juga mencariku.

“ ada apa ya pak, bu..apakah ada pengumuman kelulusan sekolah disini.” Tanyaku dengan cemas.

“ tidak.pengumuman masih bulan juni.inikan baru bulan mei akhir, bapak dan ibu guru kesini mau mengirim kamu sebagai perwakilan sekolah untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi dengan status beasiswa dari dikti yang berkerjasama dengan universitas terkemuka diindonesia, bagaiman rahmat kamu seteju.” Jelas pak guru sekaligus menawarkannya ke aku.

Aku langsung tersentak hebat.Dan langsung menoleh kearah nenekku dengan penuh harap dan kembalikan mukaku ke hadapan bapak dan ibu guru.

“ beasiswa pak,….” Tanyaku lagi dengan rasa tak percaya.

“ iya, ini beasiswa bidik misi bagi anak yang tidak mampu untuk kuliah, tenang saja setiap bulannya juga akan dapat bea hidup untuk hidup disana…” jelas ibu guru dengan santai.

“ saya mau pak, saya mau bu,…” teriakku senang.

Harapanku untuk jadi seorang guru semakin menujukan jalan dari Allah.Kesabaran demi kesabaran dalam menghadapai cobaannya ternyata banyak membawa hikmah yang luar biasa.

***

Keesukan paginya aku sudah siap untuk berangkat bersama teman-teman lainnyauntuk ikut daftar dan tes masuk perguruan tinggi negeri tersebut dengan status beasiswa bidik misi.Alngkah bahagianya aku hari ini.Ketika aku mengerjakan soal-soal tes memang ada yang sulit tapi aku lakukan dengan penuh keseriusan, dan aku disini ambil program studi bahasa inggris, supaya anak-anak Indonesia nanti jika aku ajar bisa berbahasa inggris juga selain bahasa Indonesia dan jawa.

Seusai tes kami pun pulang ke kampong halaman.tetapi didalam bis, ingatanku meminta mengingat kembali masa-masa dimana perjuanganku untuk sekolah menengah atas.Dan semuanya juga berkat batik yang dijual nenek, apa mungkin karena sakingnya cinta sama batik jadi batik-batik tersebut yang menolongku dan tak lupa juga kesenian gemblak yang membuat aku bisa terbantu dalam biaya sekolah tapi tentunya semua pertolongan bersala dari Allah melalui batik-batik dan kesenian tersebut.

Beberapa hari kemudian aku mendapatkan kabar jika aku telah diterima diperguruan tinggi negeri tersebut dengan status beasiswa bidik misi.Aku pun bersujud syukur kepada Allah atas karunia terindahnya yang diberikannya kepadaku.

Tapi kali ini aku pun kembali ke sekolah untuk menunggu hasil pengumuman ujian akhir nasional.Jam demi jam, detik demi detik aku lalui dengan pasti.tak lama kemudian aku pun mendapatkan pengumuman tersebut yang dibukus dengan amplop.Semua teman-temanku membukannya dan tak lama kemudian tangisan mereka gempar karena terharu mereka bisa lulus sedangkan aku alhmdullilah LULUS.Dan aku pun keluar kelas sembari menjunjung tinggi kertas pengumuman tersebut dan aku bawa depan bendera meraah puti yang berkibar ditinga tertinggi dilapangan sekolah.Aku terus menatap bendera tersebut dengan menyebarkan senyuman termanisku.Dan tak lama kemudian aku pun hormat kepada bendera tersebut.

Alhamdullilah ya Allah pujiku selalu untukmu walau dalam kisah sedih maupun senang.Akulah manusia yang tak pernah lelah dalam berjuang untuk meraih cita-citaku.Dan terima kasih yaAllah Engkau telah memberikan sebauh anugerah terindah kepadaku selama aku duduk dibangku SMA dengan memberikan BATIKdan kesenian GEMBLAK semacam reog ponorogo sebagai penopang untuk mencari nafkah buat hidup dan membayar sekolah.Ya Allah hanya satu kalimatyang ingin aku dan nenek ucapkan….

“ KITA CINTA INDONESIA…..”

Sekian…

Karya : IMAM ARIS SUGIANTO

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline