Garuda menyerang Naga dengan ganasnya. Tak memberi kesempatan sedikitpun kepada para Naga untuk berkelit. Membalas. Apalagi melarikan diri. Semua disikatnya. Kesumat sudah sampai diubun-ubun mengingat penderitaan ibunya Winata. Yang sudah dinistakan dan dijadikan budak oleh Kadru dan para Naga. Maka, dengan kekuatan puncaknya, Garuda mengamuk untuk menghancurkan Naga. Inilah salah satu penggalan Cerita Fabel yang pertama dikenal di Pulau Jawa.
Cerita Fabel selengkapnya :
Alkisah, Begawan Kasyapa gundah gulana karena belum juga punya anak. Akhirnya, dia mendapat wangsit agar memberikan 100 butir telur kepada Kadru dan 3 butir telur kepada Winata, kedua selirnya. Keduanya dipesan agar merawat baik-baik telur-telurnya. Jika menetas diminta untuk menjadikan apapun yang keluar sebagai anaknya.
"Terima kasih, paduka. Akan hamba rawat baik-baik telur-telur ini agar segera menetas,' ujar Kadru dan Winata hampir bersamaan, sembari bersembah pada Begawan Kasyapa.
Sepeninggal Begawan Ksayapa, kedua selir itupun kembali ke keputren masing-masing. Kedua permaisuri ini namapk rukun saat di depan Begawan Kasyapa. Tapi sepeninggalnya, keduanya bagai air dengan minyak! Kadru mempunyai sifat keras, ambisius, emosional, cemburu dan selalu iri dengan Winata yang lembut, nriman (menerima apa adanya) dan keibuan.
Terbukti, saat Begawan Kasyapa memberinya dua butir telur, diapun nrimo ing pandum (menerima berapun yang diberikan). Tidak iri dengam Kadru yang mendapat 100 butir telur.
Kelahiran Sang Jabang Bayi
Setelah waktu berselang, telur yang dirawat Kadru pun menetas. Keluar 100 makhluk kecil melata dari telur-telur yang pecah.
"Hei Winata, mana anakmu?" seru Kadru sambil memamerkan anak-anaknya yang baru menatas pada Winata.