Candi yang dibangun di sisi Timur Sungai Pakerisan memang luar biasa. Jumlahnya ada lima. Dibangun dengan memahat tebing yang agak tinggi dari tebing di sisi Barat.
Arsitekturnya mengusung bentuk dua dimensi. Inilah salah satu bentuk kearifan lokal orang Bali dalam membuat candi. Dilengkapi ceruk yang cukup lebar serta beberapa goa pertapaan yang lebih banyak. Istimewanya, tak diragukan lagi jika candi sisi Timur ini secara kasat mata sebenarnya adalah Petirtaan (Patirthan).
Ya, ini adalah sebuah kompleks bangunan suci dan pemandian kuno untuk raja serta kerabat istana yang dibangun di lembah Sungai Pakerisan. Sebut saja: Valley of The King. Dilengkapi inskripsi (pahatan prasasti) pendek berhuruf Kuadrat (zaman Kediri), akhirnya terungkap tabir rahasia, siapa pembangun candi ini!
Matahari semakin tinggi. Turis asing mulai memadati lembah sisi Barat Sungai Pakerisan. Agar nantinya tidak berjubel, saya berenam pun bergegas melewati jembatan beton yang melintang di atas sungai menuju candi di tebing sisi Timur yang masih sepi.
Tepat di ujung jembatan, ada pertigaan. Ke kanan, menuju Pura tempat peribadatan umat Hindu. Ke kiri, menaiki tangga langsung ke lokasi candi tebing (candi pahat). Saya memilih belok ke kiri.
Setelah menapaki beberapa anak tangga, saya tiba di pelataran pertama candi tebing sisi Timur. Suasananya asri. Di sekeliling kompleks nampak ijo royo-royo. Tak jauh beda dengan candi sisi Barat. Tapi di sini lebih adem, lantaran ada kolam kecil yang dilengkapi pancuran air.
Baca: Mengintip Candi Gunung Kawi, Candi Terunik Seantero Bali
Petirtaan (Patirthan)
Saya berjalan sepanjang Teras Pertama candi tebing. Menyusuri tepian kolam menuju ke arah Utara. Tak dapat disangkal lagi, arsitektur kolam di candi ini menunjukkan bahwa sebenarnya candi tebing sisi Timur (Candi Pahat Lima) merupakan sebuah Petirtaan.