Sebaran jejak Majapahit di Jawa Timur demikian menggugah untuk ditelusuri. Maka, senyampang liburan, saya bersama beberapa siswa KIR, meluncur menuju Pemandian Banyu Biru, Pasuruan. Tepatnya di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan. Begitu memasuki lokasi, dihadapan kita nampak kolam dengan air yang berwarna kebiru-biruan. Itu sebabnya tempat tersebut dinamai Banyu Biru. Ada 4 kolam. Dua di antaranya adalah kolam yang airnya dari sumber alam. Nampak pula kios-kios berderet di pinggir kolam. Di sisi lain berdiri beberapa pohon besar berusia ratusan tahun. Rimbun, hijau dan asri. Sebagian dahannya menaungi kolam. Nampak akar-akarnya yang mengular ke segenap penjuru.
Ikan Keramat Pemandian Banyu Biru merupakan salah satu destinasi wisata andalan Pasuruan Timur. Pengunjung dapat berenang sepuasnya di tempat ini. Cocok untuk melepas kepenatan di Pasuruan yang panas. Tapi jangan membayangkan kolamnya mewah dengan keramik putih yang bersih. Kolam renang di Banyu Biru sepertinya dibiarkan alami. Seperti pemandian alam. Nampaknya ke depan, perlu revitalisasi pemandian ini agar menjadi objek wisata yang benar-benar indah dan elok. [caption id="attachment_300650" align="aligncenter" width="512" caption="Ikan Sengkaring yang konon "]
[/caption]
Tidak usah kaget! Di kolam besar itu hidup ratusan Ikan Tombro berwarna hitam yang sering disebut Ikan Sengkaring. Jangankan pengunjung, tak seorang pun masyarakat setempat yang berani mengusik keberadaan ikan-ikan yang konon keramat itu. Tak heran, ikan-ikan yang hidup bebas itu ada yang panjangnya lebih dari 1 meter. Tradisi lisan masyarakat setempat mengaitkan Ikan Tombro tersebut dengan seorang Pandai Besi bernama "Bujuk Giman". Beliau membawa ikan tersebut dari pantai selatan di Malang. Jadi kalau mau berenang, ya harus siap berbagi tempat dengan ikan-ikan itu, he he he....
Pemandian Banyu Biru ternyata sudah dikenal sejak jaman Kolonial Belanda. Ini bisa ditemukan di foto kuno tahun 1900 an koleksi KILTV dan Tropen Museum Belanda. Banyak turis Eropa yang pelesir di tempat ini. Selain berenang mereka juga bisa "menggoda" monyet-monyet liar yang jinak. Sayangnya saat ini tak seekor monyet pun kelihatan batang hidungnya. Dulu kolam ini disebut "Telaga Wilis". Banyak masyarakat percaya kalau airnya bisa bikin awet muda. Bahkan, pada hari dan pasaran Jawa tertentu, banyak pengunjung yang melakukan ritual di tempat ini.
Serpihan Majapahit Keberadaan Pemandian Banyu Biru sebagai tempat ritual agaknya tak lepas dari cerita turun temurun dan fragmen-fragmen candi yang banyak dijumpai di tempat ini. Ada beberapa sisa arca yang saat ini dikumpulkan dan tergolek di sebuah sudut pemandian. Arca-arca itu sudah diidentifikasi oleh arkeolog Belanda di tahun 1929. Tinggalan paling menarik di Banyu Biru adalah KALA. Kala ini dimungkinan merupakan bagian dari struktur candi. Maka bisa jadi, pemandian Banyu Biru merupakan patirtaan (pemandian kuno) yang dulu dikunjungi oleh Hayam Wuruk saat dalam perjalanan ke Lumajang. Tersebut dukuh kasogatan bernama Madakaripura, keelokannya terkenal, berupa anugerah Sri Baginda kepada patihnya, Gajah Mada, teratur dan sangat baik. Disitulah sang raja menempati pesanggarahan yang terhias dengan indah, berjalan melalui Trasungay ia melakukan puja bhakti di petirtaan suci di Capahan. (Nagara Krtagama pupuh 19:2 dalam Hadi Sidomulyo, p: 42) Sungguh beralasan jika pemandian Banyu Biru dahulu disebut sebagai Patirtaan Capahan yang lokasinya dekat dengan Madakaripura. Ini berkaitan dengan ditemukannya kumpulan arca yang berciri Saiwa yang oleh Prapanca saat menemani Prabu Hayam Wuruk dituliskannya sebagai desa Buddhis. Tak berlebihan kiranya, jika disebut itulah sebagian serpihan Majapahit yang tersisa di Banyu Biru Pasuruan. [caption id="attachment_300655" align="aligncenter" width="640" caption="KALA"]
[/caption]
Artikel ditulis sebagai bagian dari: Napak Tilas Nagara Kertagama: Mencari Jejak Madakaripura
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI