Libur telah tiba. Jogjakarta yang mulai macet (kata pak JM), sebentar lagi akan lebih macet. Beribu-ribu pelajar (terutama) akan segera membanjiri kota pelajar sekaligus kota budaya itu dari berbagai penjuru. Agendanya adalah Study Tour, Jogja Tour atau Widya Wisata. Tentunya tidak sekedar rekreasi mengisi liburan. Namun ada muatan edukasi di dalamnya.
Lazimnya, destinasi yang jadi langganan adalah Prambanan, Borobudur, Taman Kyai Langgeng, Parangtritis, Museum Kereta, Taman Sari, Keraton Jogjakarta dan Malioboro. Nah, untuk wisata pendidikan khususnya IPTEK, saran saya, berkunjunglah ke Taman Pintar Jangan dilewatkan , karena di sana pengunjung akan diajak untuk lebih akrab dan bersahabat dengan SAINS, Budaya, Lingkungan Hidup dan aktifitas kreatif lainnya.
Taman Pintar, terletak di Jalan Panembahahan Senopati. Dekat Benteng Vredeburg dan Pasar Beringharjo. Jika kendaraan parkir di Alun-alun Utara, maka Anda bisa naik becak atau jalan kaki. Susuri jalan ke arah Malioboro. Sampai di perempatan, dekat Tugu Serangan Umum 1 Maret, ambil arah kanan. Kira-kira 200 meter akan sampai di gerbang Taman Pintar. Kompleks ”pintar” ini diresmikan Presiden SBY, 15 Desember 2008 lalu.
Masuk halaman Taman Pintar, pengunjung akan disuguhi beberapa visualisasi cantik. Di bagian kiri halaman, ada Klimatologi Mini. Lalu Tapak Presiden. Mungkin terinspirasi yang di Hall of Fame. Pas di tengah halaman ada Prasasti bertuliskan: BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHORAMATI PARA PEMIMPIN DAN PAHLAWANNYA. Di belakang prasasti ada Pancuran Air Parabola yang unik. Mempercantik halaman tengah. Setelah pancuran ada Gong Perdamaian Nusantara, sebagai pengejawantahan kebhinekaan dari seluruh Nusantara. Di sisi kanan terdapat Dinding Berdendang, berupa tabuhan-tabuhan yang menempel di dinding untuk anak-anak.
Sedang di latar belakang, ada gedung dengan arsitektur minimalis yang merupakan lokasi utama kunjungan di Taman Pintar. Dari kiri; Gedung Memorabilia, Gedung Oval, Gedung Kotak. Di sayap kanan ada Food Court dan Souvenir Counter. Lalu ada kios buku sekaligus pintu keluar gedung.
Gedung Memorabilia
Setelah membeli tiket, pengunjung pertama kali akan digiring masuk ke Gedung Memorabilia. Namanya saja Memorabilia, tentu isinya untuk kembali mengingatkan tentang sejarah bangsa Indonesia dan Keraton Jogjakarta khususnya. Koleksinya menarik. Ada lukisan raja-raja Jogjakarta nan gagah berwibawa. Termasuk Sejarah Keraton yng ditampilkan secara Audio Visual. Tinggal Klik saja, muncul apa yang ingin Anda ketahui. Visual apik lainnya adalah patung-patung yang menampilkan busana prajurit khas Keraton nan artistik dengan senjata khas masing-masing. Koleksi menarik lain di Memorabilia ini adalah Arsip Nasional berupa Konsep Teks Proklamasi. Asli tulisan tangan Soekarno. Baik yang belum maupun yang sudah dikoreksi.
Gedung Oval
Selepas dari Gedung memorabilia. Kunjungan dilanjutkan ke Gedung Oval. Masuk ke Aquarium Raksasa yang menyerupai lorong. Koleksi ikan hiasnya memesona. Ada yang hitam, putih dan warna warni. Berenang bebas ke sana kemari. Menyegarkan mata. Di ujung lorong, tiba di arena Kreasi SAINS. Berupa ruang bundar yang luas, dengan tangga melingkar menuju lantai dua. Mula pertama akan disambut Patung Tyrex yang menyeringai. Kemudian kehidupan masa purba. Lalu pengunjung mulai diajak berakrab ria dengan karya-karya SAINS yang berbasis ilmu fisika. Ada Air Track (Rel Udara), Wujud Zat, Lingkaran Newton, Generator Van de Graaf, Hukum Newton dan diakhiri dengan ajungan Mobil Toyota, termasuk di dalamnya Eco Car. Konsep mobil murah ramah lingkungan.
Selanjutnya naik lantai dua melalui tangga putar. Di kanan tangga, menempel di tembok tertampang foto-foto ilmuwan dunia yang menginspirasi dengan berbagai macam penemuannya. Ada Issac Newton, Einstein sampai si jenius abad 21, Stephen W. Hawking, penulis buku Fisika “The Brief History of Time”. Tak ketinggalan. di langit-langit gedung terdapat Model Sistem Tata Surya. Berupa Matahari,M Planet dan satelit yang masing-masing berputar sesuai Kala Revolusinya.
Lantai II Gedung Kotak
Tangga Putar dari Gedung Oval menymbung ke lantai II Gedung Kotak. , Di sini sajian SAINS dan BUDAYA-nya lebih spesifik dan menarik. Dikelompokkan dalam beberapa Zona. Di Zona Nuklir, saya melihat ada koleksi Uranium. Bahan Radioaktif yang selama bertahun-tahun saya sampaikan pada murid-murid dan baru kali ini melihatnya langsung dengan mata kepala, he he he. Ada pula Detektor Radioaktif, Gejala Radioativitas, termasuk cara menghindari paparan radiasi nuklir.
Rumah Gempa, yang bergoyang-goyang, sebagai model peristiwa gempa bumi, menarik untuk dicicipi. Jangan dilewatkan juga gejala-gejala kelistrikan yang sangat eksotis. Timbulnya kilatan listrik di Papan Listrik, proses terjadinya Halilintar dan ”rambut jabrik” akibat gejala elektrostatik. Pengunjung nampak sangat antusias mencoba berinteraksi dengan peralatan-peralatan SAINS yang disiapkan di anjungan.
Setelahnya, pengunjung akan menuju Zona Air. Mengingatkan akan pentingnya air bagi kehidupan. Begitu pula di Zona Warisan Leluhur, menampilkan aset-aset budaya yang tak ternilai harganya. Misalnya Wayang Kulit dan Keris serta Rumah Adat. Ada Miniatur Joglo, Rumah Gadang dan Rumah Adat Toraja serta Rumah Balai Batak Toba
Zona Fisika. Zona Biologi adalah zona-zona yang lebih spesifik mengajak pengunjung untuk memahami gejala alam. Misalnya Gaya tak nampak, Katrol, Sonometer serta Torso dan Tubuh Manusia. Tak jarang pengunjung dahinya berkerut. Pertanda ikut memikirkan. Kok bisa Seperti itu? Misalnya Visualisasi Anti Gravitasi yang dibuat dengan sangat mengagumkan karena membuat pengunjung tercengang. Biasanya, setiap benda akan jatuh atau bergerak turun, karena adanya Gaya Tarik Bumi (Gravitasi). Ini lain. Dengan model Fisika, sebuah batang logam berbentuk seperti kerucut bisa bergerak dari bawah ke atas. Menggelinding, menelusuri lintasan besi naik, melawan Gaya Gravitasi!
Nah, mengunjungi Taman Pintar saat liburan ke Jogja agaknya wajib diagendakan karena koleksi berupa tampilan model SAINS, BUDAYA serta LINGKUNGAN yang interaktif akan mampu merangsang pengunjung, terutama pelajar, untuk lebih bersahabat dengan ilmu pengetahuan dan budaya negeri sendiri. Syukur-syukur mereka juga terinspirasi untuk menggali rahasia di balik model gejala-gejala alam atau peristiwa yang sudah ditampilkan. Memang koleksi seperti ini ada juga di Jawa Timur Park Batu, Malang. Tapi yang di Jogja memang beda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H