Lihat ke Halaman Asli

Teguh Hariawan

TERVERIFIKASI

Traveller, Blusuker, Content Writer

Candi Songgoriti: Lambang Kemakmuran dan Kecanggihan Arsitek Masa Lalu

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1375807968447539876

Karena ukurannya kecil dan tidak utuh,  keberadaan candi kecil ini sering terlewatkan. Padahal, di sekitar candi banyak wisatawan lalu lalang sedang berbelanja atau menikmati sajian kuliner di sepanjang jalan. Sungguh sayang, karena  jika dicermati banyak  "warisan" yang bisa diambil dari situs ini. Tentu bukan warisan emas dan permata tapi secuil cerita masa lalu yang mungkin  bermakna. Itulah nasib dari Candi Songgoriti, candi tinggalan Mpu Sindok yang dibangun di lereng Selatan Gunung Arjuno dan lereng Utara Gunung Kawi. Tepatnya di Desa Songgokerto, Kota Batu. Kira-kira 3 kilometer ke arah Selatan dari Alun-alun Kota Batu. Lokasinya indah dengan pemandangan hijau di sekeliling. Saat ini, Candi Songgoriti  menyatu dengan lokasi Hotel Songgoriti. [caption id="attachment_271032" align="aligncenter" width="500" caption="Menyatu dengan Hotel Songgoriti "]

1375808002849492575

[/caption]

Candi Tertua Yang Makmur Candi Songgoriti, yang oleh masyarakat sekitar disebut juga Candi Empu Gandring diperkirakan dibangun Abad IX-X Masehi. Termasuk candi tertua di Jawa Timur. bahkan ada yang menyebut  sejaman dengan Candi Badut di Kota Malang. Dari ciri tubuh candi yang terbuat dari batu andesit dan bentuknya tambun serta penampil dan hiasannya, candi ini jelas  berlanggam Jawa Tengah. Ini diperkuat dengan temuan saat pemugaran tahun 1938-1944,   berupa peti batu berisi Yoni dari perunggu, Lingga dari emas dan kepingan emas yang bertuliskan nama dewa. Ciri Jawa Tengah yang dominan itu  bisa dimaklumi karena pembangunnya adalah Mpu Sindok yang saat itu sedang eksodus dari  Jawa Tengah ke Jawa Timur. Songgoriti bermakna "timbunan logam". Sedang Songgokerto, tempat dimana candi berada, maknanya "timbunan kemakmuran".  Artinya, Mpu Sindok  memilih tempat itu  untuk mendirikan candi dengan harapan agar pengikutnya mampu meraih kemakmuran di tanah yang baru di daerah Timur. Arsiteknya Canggih Dilihat dari bentuk dan arca-nya, Candi Songgoriti termasuk Candi Hindu. Dibangun di atas batur berbentuk  bujur sangkar yang ditinggikan  70 cm dari tanah. Tidak ada tangga masuk karena memang ukurannya kecil. Di bidang dinding candi terdapat panil kosong. Di atas  dinding Utara terdapat relung-relung yang berisi arca Durga yang hilang kepalanya. Di sisi Barat, relungya berisi arca Ganesya. Atap candi sudah tidak ada dan tidak bisa disusun kembali karena banyak batu candi yang hilang. [caption id="attachment_271033" align="aligncenter" width="500" caption="Batur Utara Candi Songgoriti "]

1375808045707055810

[/caption] [caption id="attachment_271034" align="aligncenter" width="500" caption="Tubuh candi dengan bidang dan relung-relung. "]

1375808090699392019

[/caption]

1375808118353491933

Dasar batur Selatan terpendam (tak nampak). Dinding Selatan candi juga hilang, sehingga kita bisa melihat ada kolam tepat di tengah candi. Di kaki candi sebelah timur, kemungkinan dulu terdapat saluran air di bagian baturnya yang mengalirkan air dari tengah candi ke pancuran. Walau sudah tak berfungsi lagi dari bekasnya masih  ada dua pancuran yang tersisa.

1375808144321657231

[caption id="attachment_271037" align="aligncenter" width="500" caption="Dinding Selatan yang hilang"]

1375808163282717734

[/caption] [caption id="attachment_271038" align="aligncenter" width="300" caption="Sumur di tengah candi"]

1375808186833367012

[/caption]

Membangun candi di dekat lokasi sumber air yang dikeramatkan adalah suatu kebiasaan. Air yang dikeramatkan/ disucikan disebut Amerta yang akan mampu memberikan berkah bagi kehidupan. Paling tidak, dengan adanya sumber air diharapkan keberlangsungan kehidupan akan terjamin. Begitulah, walaupun kecil Candi Songgoriti sangat unik. Sang arsitek mampu memadukan pesona alam, bangunan suci dan ajaran keagamaan.  Arsitek begitu canggih membangun candi kecil berukuran 1,80 meter ini tepat di atas sumber mata air panas. [caption id="attachment_271039" align="aligncenter" width="500" caption="Bekas pancuran di Batur sisi Timur"]

13758082201166443414

[/caption]

Menurut  Mas hadi, seorang pemerhati arkeologi yang saya temui di lokasi,  dikatakan sumber air di bawah candi ini tidak hanya satu, tapi tiga. Di sisi paling  Barat adalah sumber air panas yang mengandung Belerang.  Bagian tengah adalah sumber air dingin yang rasanya seperti air Kelapa. Dan tepat di bawah candi adalah sumber air hangat. Bisa jadi, air hangat itu adalah hasil percampuran dari air panas yang bergolak-golak dengan sumber air dingin disebelahnya yang kemudian dialirkan ke bawah bangunan candi dan diteruskan ke pancuran. Konon, air panas yang mengandung Belerang ini mampu menyembuhkan beberapa penyakit. Maka, saat ini air panas dari bawah candi dialirkan ke Hotel  Songgoriti sehingga pengunjung bisa menikmatinya dengan berendam di sana. [caption id="attachment_271040" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber air panas mengandung Belerang"]

13758082451612518132

[/caption] [caption id="attachment_271041" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber Air dingin rasa Air Kelapa ?"]

1375808262263227711

[/caption]

13758082961195724016




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline