Patih Gajah Mada, adalah penyokong dan peneguh utama kejayaan Majapahit. Dianugerahi oleh Prabu Hayam Wuruk tanah perdikan bernama Dukuh Madakaripura yang luas dan subur. Disana terdapat bangunanpesanggrahan yang indah. Seperti yang diuraikan dalam Nagara Krtagama, pupuh 19: 2a-2d: Tersebut dukuh kasogatanMadakaripura dengan pemandangan indah. Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur indah. Disitulah Baginda menempati pesanggrahan yang terhias sangat bergas. Sementara mengunjungi mata air melakukan mandi bhakti.
Dimanakahletak Dukuh Madakaripura? Benarkah lokasi Dukuh Madakaripuraada di kawasan Air Terjun Madakaripura yang eksotik di Lereng Utara Tengger, termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru? Mari kita lacak keberadaan “The Lost City” Dukuh Madakaripura.
Nagara Krtagama
Beruntung sekali saya mendapatkan sebuah buku berjudul Napak Tilas Perjalanan Mpu Prapanca karya Hadi Sidomulyo. Nama aslinya Nigel Bullough, karena lahir di Inggris. Tapi sangat mencintai Indonesia, Jawa khususnya. Mulai tahun 2004, Hadi Sidomulyo sudah napak tilas perjalanan Hayam Wuruk saat ke Lumajang di tahun 1359 M. Saat itu Sang Prabu diberitakan oleh Mpu Prapanca dalam Nagara Krtagama mampir di Madakaripura. Jika diurut perjalanan kala itu tentu berawal dari Trowulan (Mojokerto), Mojosari, Kejapanan (Gempol), Bangil, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Bersyukur pula saya mendapatkan artikel yang ditulis Amrit Gomperts tahun 2006. Judulnya: A Possible Location of Gajah Mada’s Madakaripura.
[caption id="attachment_342222" align="aligncenter" width="512" caption="Teman setia dalam perjalanan"]
[/caption]
Memang, sumber utama melacak keberadaan Madakaripura adalah kakawin Nagara Krtagama yang aslinya berjudul Desawarnana atau “Uraian tentang Desa-Desa. Pujasastra ini ditulis Mpu Prapanca di tahun 1365 M.Di pupuh 19:1a-1c Nagara Krtagama yang disaduroleh Slamet Muljana tertulis: Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam. Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes, Times. Serta biara pendeta di Pogara mengikutijalan pasir lemah-lembut. Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus berlari.
Dari uraian Nagara Krtagama di atas, untuk sampai di Dukuh Madakaripura, Prabu Hayam Wuruk harus melewati desa-desa (dukuh)Kedung Dawa, Rame, Lampes, Times, Pogara, dan Dadap. Posisi desa-desa ini penting untuk melacak keberadaan Madakaripura. Terlebih ketika pupuh 19: 1d, oleh Hadi Sidomulyo diterjemahkan sebagai:Dan di mandhala Hambulu Traya iringan kereta berjalan sampai Dhadap (mwang ring mandhala hambulu traya teke dhadhap adulurikang rathala (rawalaris), ada tambahan satu desa lagi yang dilalui baginda saat menuju Madakaripura yaitu Bulu.
Nah, dimanakah letak desa-desa yang dicatat Mpu Prapanca tersebut? Mengikuti Hadi Sidomulyo, penulis juga membuka peta untuk mencari nama-nama desa dimaksud. Termasuk blusukan ke lokasi yang sudah diidentifikasi. Yang menggembirakan, ternyata lokasi-lokasi yang dicatat Prapanca tidak jauh dari rumah. Masih di sekitar wilayah Kabupaten dan Kota Pasuruan ternyata. Artinya, banyak kesempatan dan waktu untuk blusukan mencarinya. Dari beberapa kali, blusukan, beginilah ceritanya....
Hadi Sidomulyo mengidentifikasi Kedung Dawa ada di wilayah Kraton, Lampes, mirip Klampisrejo (Latitude: -7°40'49.8"Longitude: 112°50'27.97”). Times tidak diketahui. Pogara lebih mendekati nama Dusun Bugoro, di Desa Bukir (Latitude: -7°39'4.32"Longitude: 112°53'0.95"). Kawasan Bukir merupakan sentra kerajinan mebel di Pasuruan. Bulu ada di dua tempat. Kraton dan Desa Krampyangan Kota Pasuruan. Melihat urutan perjalanan, Dusun Bulu, Kelurahan Krampyangan lebih diutamakan.
Setelah Dusun Bulu, raja memasuki Dhadhap. Banyak nama Dadap di Pasuruan. Yang paling sesuai untuk melacak perjalanan Hayam Wuruk adalah dusun Dadapan di Desa Grogol, seperti yang ditunjukkan Amrit Gomperts. Penulis menyusurinya dari Gondang Wetan menuju Dusun Lajuk dan Desa Grogol. Dari pertigaan Dadapan ini ke arah timur akan sampai di Baledono. Jika ke Utara masuk Dusun Sadeng, Desa Manikrejo.
[caption id="attachment_342234" align="aligncenter" width="512" caption="Menuju Dusun Lajuk, Baledono, Raket, Sendang"]
[/caption]
Rekonstruksi Awal
Maka rekonstruksi lengkap perjalanan Hayam Wuruksaat menuju Dukuh Kasogatan Madakaripura adalah dari Bangil/ Rembang- Kraton- Bugoro (Bukir)-Kebon Agung (sekarang ada terminalnya)- Purut (rumah sakit kota Pasuruan)- Bulu (Krampyangan) dan menuju Bakalandan masuk Desa Dadapan (sekitar Grogol). Setelah Dadapan inilahDukuh Madakaripura, tanah perdikan milik Mahapatih Gajah Mada berada. Karena Gajah Mada pembesar Majapahit, tentu saja Dukuh Madakaripurasangat luas, subur dan indah permai. Cocok dengan kondisi daerah Timur Grogol saat ini. Di Dusun Sendang (Timur Laut Grogol), masuk Desa Manikrejo ada kekunoan. Namanya Sendang Beji, berupa sendang/ kolam (mata air). Kata penduduk, di dasar dan samping sendang ini dulu ada susunan bata kuno.
[caption id="attachment_342235" align="aligncenter" width="512" caption="Sendang Beji, konon ada susunan Bata Kuno-nya"]
[/caption]
[caption id="attachment_342237" align="aligncenter" width="512" caption="Dukuh Kasogatan Madakaripura haruslah subur dan luas"]
[/caption]
Sesampai di Madakaripura, Prabu Hayam Wuruk dan rombongan besarnya mengunjungimata air Capahan, seperti yang diterjemahkan Slamet Muljana dari larik 19: 2d (di atas): Sementara mengunjungi mata air melakukan mandi bakti (handondok mahawan rikang trasungayandhyusi capahan atirtha sewana), maka Hadi Sidomulyo menerjemahkan sebagai: Berjalan melalui Trasungay ia melakukan puja bakti di petirtaan suci di Capahan. Pertanyaannya, dimanakah petirtaan (mata air) Capahan?