Tampilan penuh semangat, dengan tata busana, tata panggung, koreografi yang apik serta suara latar yang mendayu-dayu, ditunjang olah gerak gemulai para peraga menjadikan Sendratari Ken Dedes, malam itu benar-benar memukau. Ditunjang spot light dan properti yang detil menjadikan pertunjukan seni yang dibawakan SMKN 12 Surabaya ini benar-benar luar biasa. Tak salah jika penonton yang berjubel di bangku-bangku panjang Amphiteater Taman Candra Wilwatikta (TCW), Pandaan - Pasuruan, mengapresiasi dengan aplaus panjang saat pergelaran berakhir.
[caption id="attachment_344263" align="aligncenter" width="512" caption="Tari Remo"][/caption]
Tari Remo yang dibawakan puluhan remaja putri tampil rancak sebagai pembuka pergelaran. Ciri khas tari Jawa Timuran berupa gerak lincah kaki dan tangan serta sabetan selendang selalu harmonis dengan hentakan kendang dan kencring. Tak heran bila tampilan pembuka ini begitu apik lantaran penampilnya adalah reinkarnasi dari SMKI dan SMRS. Dua-duanya sekolah seni Surabaya dan gudangnya seniman muda Jawa Timur.
Pergelaran seni di Amphiteater TCW kali ini sekaligus membuktikan komitmen pemerintah Provinsi Jawa Timur saat merevitalisisasi TCW setahun lalu. Seni pertunjukan nampaknya terus digali, direvitalisasi dan ditampilkan secara berkala di panggung terbuka TCW dengan gratis. Sebuah upaya yang patut diapresiasi oleh seluruh pelaku seni, khususnya seni tari Jawa Timur. Walaupun belum seluruh kantong-kantong kesenian mendapatkan kesempatan tampil di tempat yang sama.
[caption id="attachment_344264" align="aligncenter" width="512" caption="Tunggul Ametung dan Ken Dedes "]
[/caption]
Ken Dedes
Alur pertunjukan sendratari kolosal Ken Dedes, seperti galibnya juga berkiblat pada pembacaan Pararaton. Dikisahkan, Ken Dedes putri cantik Mpu Purwa dari Desa Panawijen disunting oleh Akuwu Tumapel Tunggul Ametung. Ditampilkan kehidupan rakyat Tumapel yang tenteram tiba-tiba saja jadi heboh gara-gara ulah para penjahat yang mulai berkeliaran. Tunggul Ametung bersayembara, siapa saja yang mampu meredakan huru-hara dan menghentikan ulah jahat para berandal, akan mendapat anugerah.
[caption id="attachment_344265" align="aligncenter" width="512" caption="Ken Arok dan Tunggul Ametung"]
[/caption]
Akhirnya, tampil sang Ken Arok, jadi pahlawan mengembalikan ketenteraman di bumi Tumapel. Dalam Pararaton, Ken Arok digambarkan sebagai sosok anak muda yang bengal, jahat. Putra angkat penjahat kelas kakap Bango Samparan. Bisa jadi, kejahatan di Tumapel merupakan skenario Ken Arok untuk meresahkan Tumapel dan hanya dia sendiri yang bisa menghentikannya. Ini adalah salah satu jalan mengabdi di Tumapel, karena Ken Arok hanyalah seorang bocah dusun.
[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Ardhanareswari : Ken Dedes"]
[/caption]
Ken Arok pun mendapat anugerah dari sang Akuwu sebagai abdi perawat kuda. Pada suatu ketika, Ken Dedes,yang dibawakan dengan apik oleh seorangpenari jelita, berkeinginan untuk belajar naik kuda. Ken Arok kaget, kagum dan terhenyak saat membantu sang putri naik pelana kuda. Ken Arokmelihat betis (ada yang menyebut bukan di betis tapi di goa garba) sang putri memancar cahaya terang. Itulah ciri dariSri Nareswari atauArdhanareswari. Yakni “wanita utama” atau “wanita paling mulia”. Siapa saja yang mampu memperistrinya akan menjadi Maharaja. Begitu Ken Arok pernah mendapat petuah dari pendeta Loh Gawe. Kelak akan terbukti, Ken Dedes akan menurunkan raja-raja yang bertahta diSingosari dan Majapahit.
[caption id="attachment_344273" align="aligncenter" width="512" caption="Pancaran Sinar saat Ken Dedes naik Turangga"]
[/caption]