Lihat ke Halaman Asli

Abdul Adzim Irsad

Mengajar di Universitas Negeri Malang

Memaknai Bintang Mahaputera Jokowi kepada Fadli dan Fahri

Diperbarui: 12 Agustus 2020   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebuah pepatah indah yang bersumber dari hadis Rasulullah SAW "berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepada kalian". Berbuat baik kepada orang yang memuji dan mendukungnya itu biasa, akan menjadi luar biasa memuji dan mendukung kepada orang yang pernah menyakitinya. Dalam ungkapan lain, silaturrahmi kepada orang yang memutuskan silaturahmi.

Bagi seorang awam ini sangat berat, bahkan bisa dikatakan hampir tidak mungkin. Namun bagi politisi apa-pun akan dilakukan demi meraih sebuah keuntungan yang lebih besar.  Dalam Industri politik, ketika Jokowi memberikan bintang penghargaan, bukan tidak mungkin ada yang akan diraih yang jauh lebih besar dan lebih penting. Jika ingin mendapatkan ikan yang besar, umpan nya juga se-imbang.

Dalam politik dan kekuasaan, semua serba mungkin. Tidak heran, jika suatu ketika Fadli Zoon harus "mengkudeta" Probowo, baik dengan cara halus maupun cara terang-terangan. Sebagaimana Amin Rais dihabisi oleh anak buahnya sendiri. Dalam politik semua bisa terjadi. Wong Bung Karno saja nasibnya menyedihkan, setelah Soeharto menjadi Presiden.

Kira-kita, begitulah makna yang tepat terhadap Jokowi ketika memberikan Bintang Mahaputera Nararya kepada Fahri Hamzah dan Fadli Zoon.  Jokowi ingin menyampaikan bentuk terima kasih sedalam-dalam atas partisipasi nya selama ini. Nyinyiran yang tak berguna bagi Jokowi, ternyata justru mangkat dirinya menjadi Presiden RI yang kedua kali. Berhubung tahun 2024 sudah tidak ada kesempatan lagi, maka tahun 2020 diberikan bintang penghargaan.

Jokowi menyadari bahwa kedua tokoh itu memberi andil besar kepada dirinya. Dengan mulut keduanya, akhirnya Probowo jatuh tersungkur dan berlutut dihadapan Jokowi dalam Pilpres. Sampai kapan-pun, karis Fadli Zoon dan Fahri hanya berputar disekitar Gedung DPR. Sementara Jokowi, dengan modal "Ra Po po" bisa dengan mudah melampui rekan-rekan dan rival politiknya menuju istana.

Hampir semua orang-orang yang nyinyir kepada Jokowi, karir nya tidak beranjak alias jalan ditempat. Sebut saja Amin Rais akhirnya harus tersungkur di hadapan anak buahnya sendiri. Sampai-sampai dia mengatakan "Saya sudah dipecat dari PAN". Tidak ada yang lebih sakit melebih sakitnya Amin Rais ketika dihabisi oleh anak buahnya sendiri.

Bagi Jokowi, dia tidak perduli dengan apa reaksinya Fadli dan Fahri yang penting tujuan menjadi Presiden sudah sukses. Politisi yang hebat dan sukses adalah politisi yang bisa melumpuhkan lawan-lawannya politiknya tanpa harus menyakitinya. Jika perlu, melumpuhkan lawan politik tidak menggunakan tangannya sendiri, namun dengan tangan orang lain.

Prabu Kertarajasa Jaya Wardana melumpuhkan pasukan Khubilai Khan dengan memberikan makanan dan minuman yang enak nan lezat. Kemudian diberikan kesukaan duniawi. Kemudian dibujuk agar mau bergabung melumpuhkan pasukan Kediri. Wal hasil, kerajaan Kediri runtuh. Kemudian pasuka Khubilai Khan yang porak poranda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline