Lihat ke Halaman Asli

Abdul Adzim Irsad

Mengajar di Universitas Negeri Malang

Wisata Rohani di Topkapi Turki

Diperbarui: 28 Februari 2019   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pintu masuk Topkapi/dokpri

Ke Turki, Jangan Lupa Ke Topkapi

Di ahir perjalanan menuju Turki, saya sempat berbincang-bincang dengan Guide Tour "lebih baik kita ke Musium Topkapi, sementara sholat jumatnya di jamak ta'khir". Guide Tour-nya setuju saja. Rupanya sesampai di Istanbul waktu menunjukkan 11.00, sehingga masih memungkinkan jumatan di Masjid Biru (Blue Mosque).

saya membandingkan "jumatan bisa dijamak, karena sedang musafir". Sementara melihat peninggalan Rasulullah SAW wajib hukumnya. Melihat benda-benda peninggalan Rasulullah SAW mengingatkan ku akan Rasulullah SAW. Sementara melihat, rambut, jenggot, dan gigi Rasulullah SAW sama dengan melihat Rasulullah SAW yang sejuk dan meneduhkan.

Usai jumatan, kami segera berangkat. Sang Guide Tour sudah menunggu di meeting point depan masjid dekat toilet. Dengan menahan suhu yang sangat dingin, kami-pun berjalan bersama menuju Topkapi. Sesekali sang Guide mengingatakan kepada kami "dompet, harus di tas depan ya, karena banyak copet". Rupanya, di Istanbul juga banyak copet juga. Tak ubahnya Surabaya.

Di bawah siraman gerimis mulai pagi hari, dengan suhu udara yang sangat dingin, minus 4 derajat. Kami-pun melangkah menuju Topkapi. Sesekali membeli kacang khas Turki yang dibakar di pinggir jalan, sekedar untuk menghangatkan tangan.  Lumayan gurih dan hangat. Kadang-kadang di kaget kan dengan anjing yang berseliweran. Tidak galak. Tetapi, takut-nya minta ampun ketika melihat anjing-anjing berlarian di sekitar musium Topkapi.

Sepanjang perjalanan, Guide Tour Ibu Dariya tak henti-hentinya menerangkan sejarah istana dan benteng Kesultanan Usmani. Beruntung mendapatkan Guide yang sabar dan telaten. Mungkin karena sudah ber-umur. Saat Ibu Dariya bercerita tentang Musium, semuanya sibuk dengan "selfie dan foto". Maklum-lam, semua sedang demam foto. Saya-pun menamai perjalanan ini dengan "jamato" yang artinya jalan-jalan, makan terus lanjut dengan foto-foto.  Apalagi, sebagian dari kami ahli fotografi tingkat tinggi.

Pada saat memasuki area pintu utama museum di Istana Topkapi. Ibu Dariya menunjukkan salah tempat dikibarkan bendera. Semua tamu-tamu Sultan, biasanya bendera nya di pasang di depan pintu utama.  Kami-pun terus melangkah ke dalam menuju Topkapi. Rasanya tidak sabar melihat gigi Rasulullah SAW, rambut dan jenggot nya.

Guide Tour dan Rombongan/dokpri

Saat memasuki Topkapi, hati mulai gemetar. Maklumlah, itu pertama kali memasuki Topkapi yang isinya peninggalan Rasulullah SAW. Sambil antri, langkah demi langkah terus bergerak mengelilingi Topkapi yang rapi. Saya-pun melihat satu-persatu peninggalan itu. Bangunan di desain seperti kondisi di Raudhah Al-Syarifah Madinah.

Detak jantung semakin kuat, saat melihat bentuk telapak kaki Rasulullah SAW, jenggot, rambut, serta giginya. Saya-pun teringat sebuah kisah percakapan antara Rasulullah SAW dengan sahabatnya. Rasulullah SAW pernah meminta kepada sahabat agar banyak bersholawat dan salam kepada Rasulullah SAW pada hari jumat. Setiap sholat yang terucap pasti ditampakkan dihadapan Rasulullah SAW, saat itu juga, Rasulullah SAW menjawabnya. Kemudian Rasulullah SAW berkata "sesungguhnya, sholawat kalian ditanpakkan kepadaku".

Mendengar dawuh Rasulullah SAW, sahabat menjawab "bagaimana cara ditampakkan sholawat kami kepada Engkau, sementara engkau telah wafat (ramim/tulang belulangnya menjadi hancur). Rasulullah-pun menjawab dengan singkat "sesungguhnya, Allah SWT mengharamkan bumi memakan jasad para Nabi". Hadis inilah yang membuat merinding. Ternyata, rambut, jenggot, gigi, masih utuh terawat, surat, busur, dan juga pedangnya, mantel, semua terawat  rapi di Topkapi. Itu menjadi bukti, bahwa Rasulullah SAW benar-benar di jaga Allah SWT sampai kapan-pun.

Saat menyaksikan beberapa helai Rasulullah SAW yang tersimpan rapi, teringat kisah Kholid Ibn Walid. Beliau, kemana-pun berangkat perang, tak ketinggalan membawa sehelai rambut Rasulullah SAW. Kemudian Khalid Ibn Walid berkata "saya benar-benar merasakan kehadiran Rasulullah SAW setiap perang melawan musuh-musuh". Khalid ra, selalu memenangkan peperangan, karena merasa didampingi Rasulullah SAW, sehingga tidak pernah merasa takut kepada siapa-pun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline