Lihat ke Halaman Asli

Abdul Adzim Irsad

Mengajar di Universitas Negeri Malang

Turki, Pusat Wisata Arabnya Eropa

Diperbarui: 23 Februari 2019   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pada tanggal 10-17 Februari, kepala Sekolah Smekdor's Surabaya mengajak wisata ke Turki. Dengan senang hati, saya-pun meng-iyakan. Semoga, Tuhan memberikan kebaikan yang melimpah kepada Pak Juliantono Hadi, selaku kepala Sekolah SMeksor's Surabaya atas kebaikannya.

Sejak saat itu dalam benakku tertanam "saya akan melihat sejarah peradaban islam pada masa Khalifah Usmaniyah yang memiliki hubungan erat dengan islam Jokjakarta, dan Aceh. Juga, saya akan melihat secara langsung peninggalan Rasulullah SAW, mulai dari busana, cincin, pedang, mangkok, rambut, jenggot. Ternyata benar adanya. Itu merupakan nikmat yang agung. Karena melihat rambut Rasulullah SAW, sama dengan menyaksikan Rasulullah SAW.

Maka, siapa-pun yang suka jalan-jalan, jangan lupa berwisata ke sebuah negeri pada paling menarik untuk dikunjungi, yaitu Arabnya Eropa. Orang bilang Turki itu Arabnya Eropa, karena banyaknya penganut islam.

Ibu Dariyah, selaku Guide Tour yang menemani rombongan Manaya Indonesia selama sejak hari pertama mengatakan "jumlah umat islam di Turki 90 %". Selama 6 hari, kami mengelilingi Turki dengan kendaraan Mercedes yang super nyaman. Kami berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu hotel ke hotel lain. Mulai kota Bursha, Uludaq, Kappadocia, Konya, Bolu, Angkara, dan terahir di Istanbul. Memanbg sangat melelahlan, namun sangat asyik dan menyenangkan. Sekitar 2600 Km, kami menyusuri jalan tol yang bagus nan nyaman.

 Dalam perjalanan menyusuri jalan di Turki, saya-pun berkata dalam hati "Turki sudah siap melayanai wisatawan dari berbagai Negara". Jalan-jalan dibangun dengan bagus, dan nyaman. Hotel juga demikian. Dalam pikiranku saya batin "Indonesia pasti bisa, karena Destinasi wisata Indonesia jauh lebih mempesona dibandingkan Turki". Hanya saja, sarana dan prasarana belum seperti di Turki.  

Kembali Ibu Daria sang Guide Tour, dalam sebuah diskusi seputar kuliner, Dia meyakinkan kepada kami "jangan khawatir, semua makanan di Turki Halal". Saya-pun semakin yakin. Walaupun dalam benak, masih bertanya-tanya "kok banyak sekali orang jualan minuman keras secara bebas. Juga, kaum wanitanya sebagian besar adalah perokok berat. Baik yang jilbab maupun yang celana pendek dan ketat, sebagian dari mereka adalah perokok. Gudie Tour sendiri, juga merokok. Membuat perjalanan semakin asyik.

Di bumi ini Rasulullah SAW telah meramalkan bahwa suatu ketika islam akan menang dan mengalahkan Kostantinopel. Tokoh penting yang mampu menaklukkan adalah  Muhammad II bin Murad II. Kemudian masyarakat dunia, khususnya muslim Nusantara menyebutnya "Sultan Al-Fatih" yang artinya sang pembuka atau penakluk.

Sebuah hadis Rasulullah SAW yang bersumber dari sahabat Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata, Saat kami dengan menulis di sekeliling Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya tentang kota manakah dari kedua kota yang akan dibebaskan terlebih dahulu, Konstantinopel atau Roma? Maka, Rasulullah SAW menjawab, Kota Heraclius akan dibebaskan terlebih dahulu." Maksudnya adalah Konstantinopel. (HR Ahmad).

Dalam hadis lain, secara khusus Rasulullah SAW berkata "Konstantinopel benar-benar akan ditaklukkan. Sebaik-baik amir (khalifah) adalah amir (khalifah) yang memimpin penaklukkannya dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya." (HR Bukhari).

Para penasehat Raja yang merupakan para agamawan sufi, yang memiliki kemampuan basirah (mata batin yang tajam) tinggi berulang-ulang meyakinkan kepada Sultan Al-Fatih "Engkaulah yang akan mewujudkan pernyataan Rasulullah SAW". begitulah kira-kira, cara ulama memberikan motifasi kepada Muhammad II bin Murad II yang masih mudah, gagah, serta pemberani. Bukan hanya itu, sang Sultan sangat rajin ibadah, seperti rajinya para ulama.

Konstantinopel saat itu sangat kuat, kokoh, dan sulit ditaklukkan. Hampir-hampir, tidak mungkin menaklukkan Konstantinopel yang kuat. Melihat bentengnya saja, membuat lawan-lawan akan seribu kali berfikir untuk menyerangnya. Namun, motifasi sang ulama mampu meyakinkan Muhammad Al-Fatih, bahwa dirinya bisa menaklukkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline