Kyai NU-Santara telah mengajarkan kepada para pengikutnya agar memuliakan Durriyah Rosulullah SAW. Gus Dur pernah mengatakan kepada Hasan Basri ketua MUI Era Soeharto "hanya orang yang bodoh yang menganggap bahwa keturunan Rasulullah SAW seperti krikil". Karena Durriyah Rasulullah SAW itu adalah intan permata. Indonesia sangat beruntung memiliki banyak Durriyah Rasulullah SAW yang mengajarkan ahlak dan budi pekerti agung.
Begitulah budi pekerti Gus Dur. Memuliakan Habaib adalah masalah prinsip akidah Aswaja NU. Tetapi, masalah politik, Gus Dur orang yang sangat besar hatinya. Tidak pernah dendam dan sakit hati walaupun dicaci maki. Justru, orang-orang yang mencaci nya di sambangi saat sakit. Kadang dilindungi.
Para Kyai Nusantara, sebaigian besar bukan keturunan Rasulullah SAW, walaupun tidak dipungkuri cukup banyak Kyai Nusantara itu adalah keturunan Rasulullah SAW. Hanya saja, mereka tidak mau menampakkan diri, karena malu dan tidak nyaman dengan sebutan habib. Justru Kyai Nusantara sangat mencintai Rasulullah SAW dan keluarganya. Yakin, pada diri seorang Habib itu mengalir darah Rasulullah SAW. Hanya Aswaja Nusantara yang meyakini itu.
Sebenarnya, misi terbesar dan ter agung Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah "budi pekerti". Maka, Habaib dan Ulama termasuk mewarisi misi agung tersebut. Dalam bahasa Alquran, Allah SWT menyebut Rasulullah SAW "sesungguhnya memiliki akhlak yang agung". Sedangkan dalam sebuah hadis, Sayyidatu Aisyah ra, pernah di tanya seputar akhlak Rasulullah SAW, Aisyah ra berkata "akhlaknya adalah Alquran". Tidak ada pribadi yang lebih agung melebih pribadi Rasulullah SAW.
Sangat tepat jika kemudian Nabi Isa as, memberikan keterangan kepada para pengikutnya bahwa kelak akan datang seorang nabi setelah ku. Ciri-cirinya dia lebih baik dari semua nabi sebelumnya. Mulai tutur, sikap, busa nanya benar-benar lebih mulia. Bahkan kebaikannya bukan hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada lingkungan, mulai tumbuhan hewan. Orang yang pernah menyakitinya pun juga dimaafkan. Dalam bahasa Alquran, Rasulullah SAW memiliki sifat "wa Afinan Ani Annas" pemaaf kepada sesama.
Alquran-pun menyebut nama Muhammad dengan sebutan "Ahmad" yang memiliki sifat superlatif (paling baik). Dalam kondisi apa-pun, Nabi Muhammad SAW tetap istimewa, lahir batinnya. Orang mencintainya, karena budi pekertinya, orang mengikutinya, karena sifat pemaaf dan kasih sayang kepada seama.
Nah, bagaimana jika terhadap sosok durriyah Rasulullah SAW itu kurang ber-teika, maka jangan mengikutinya. Tetapi, tetap harus dihoramti, jika memang benar-benar Durriyah Rosulullah SAW. Masih banyak durriyah Rasulullah SAW yang santun, seperti Habib Jindan, Habib Umar Ibn Hafizd, Habib Ali Al-Jufri, Habib Ahmad Alawi Al-Maliki, Habib Syekh. Ratusan habaib dalam barisan Kyai NU-Santara masih setia menjaga akidah Aswaja Nusantara. Walaupun tidak dipungkiri ada seorang habib yang sudah tidak lagi mengikuti Aswaja. Dalam pandangan Akidah Aswaja Nusantara, tetap dimuliakan, tetapi tidak harus di ikuti.
Kali ini yang menjadi perbincangkan adalah Bahar Ibn Smith. Telah keluar dari lisannya kata-kata "banci" kepada Jokowi. Bahkan, dengan nada khasnya menyuruh melihat "barangkali Jokowi itu Haid, kalau ketemu Jokowi, buka celananya, jangan-jangan dia Haid". Tidak pantas. Bahasa Jawa "saru".Tetapi itulah yang keluar dari mulutnya. Akhirnya, cukup banyak habaib yang malu dengan pernyataannya. Dan yang lebih mengelikkan lagi, Bahar Ibn Smiht mengatakan "aku tidak mau minta maaf, lebih baik busuk di penjara". Pribadi yang seperti ini tidak harus di ikuti, tetapi tetap hormatilah dia sebagai Durriyah Rosulullah SAW.
Kalau dibiarkan orang mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor. Sebab, jika dibiarkan, orang yang tidak suka dengan Prabwo juga akan berkata "lihatlah dan buka celana Prabowo, jangan-jangan dia Haid". Sekali lagi, tidak pantas, saru dan tidak mencerminkan pribadi yang kurang sehat. Kritik terhadap sesama biasa dalam dunia demokrasi, tetapi jangan sampai melecehkan kepada sesama. Apalagi, sesama muslim yang beragama mulia.
Kembali kepada Durriyah Rasulullah SAW, mengakui atau tidak mereka itu istimewa. Tetapi, tidak harus diikuti. Allah SWT tidak akan melihat seseorang karena bentuk rupa, keturunan, busana, tetapi Allah akan melihat karena hati kalian. Sekali lagi, masih banyak Durriyah Rasulullah SAW yang benar-benar mengajarkan budi pekerti yang mulia. Memuliakan sesama, sesungguhnya telah memuliakan diri sendiri, dan menghina sesama, berarti telah menunjukkan kapasitas dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H