Suatu ketika pada bulan suci Ramadhan, Rosulullah SAW akan berkhutbah, ketikia beliau SAW akan naik mimbar,ketika kaki beliau akan naik tangga pertama, Rosulullah SAW mengucapkan "Amin". Ketika kaki beliau SAW hendak naik pada tangga kedua, tiba-tiba Rosulullah SAW mengucapkan "Amin". Kemudian Nabi Muhammad SAW melanjutkan naik pada tangga ketika, pada saat itu, Rosulullah SAW mengucapkan "Amin"
Melihat Rosulullah SAW mengucapkan "amin" tiga kali berturut-turut, semua sahabat terheran-heran. Padahal, tidak satupun orang disamping Rosulullah SAW kala itu. Maka sebagian pada sahabat bertanya-tanya, kenapa Rosulullah SAW mengucapkan "Amin". Siapakah gerangan yang sedang berdoa saat itu.
Kemudian Rosulullah SAW menjawab pertanyaan para sahabat "ketika aku sedang menaiki tangga pertama, tiba-tiba Jibril datang dan berkata "celaka sekali orang yang mendapatkan bulan suci Ramadhan, namun tidak mendapatkan ampunan Allah SWT". Maka saat itu aku mengucapkan "Amin". Pada tangga kedua, Jibril berdoa "celaka sekali bagi orang yang tidak menyebut (bersholawat kepadaku), ketika namaku di sebut. Aku juga mengucapkan "amin". Ketika tangga ketiga, Jibril as berdoa "celaka sekali bagi orang yang memiliki kedua orang tua yang lansia, atau salah satunya tetapi tidak menyebabkan orang tersebut masuk surga (HR Al-Thabrani).
Ramadhan Bulan Ampunan Bukan Bulan Menebarkan Kebencian
Pada bulan ini, semua umat islam berlomba-lomba memperbanyak ibadah kepada Allah SWT, seperti; tarawih, membaca Al-Quran (tadarusan), berbagi rejeki (zakat, infak, dan sedekah). Tidak lupa, setiap hari berbagi kurma (takjil), kepada orang-orang yang sedang berpuasa. Tujuannya satu "ingin mendapatkan berkah bulan suci Ramadhan".
Rosulullah SAW bersabda "Antara sholat satu dengan sholat lain, antara jumat satu dengan jumat lain, antara Ramadhan satu dengan lainnya, adalah pelebur dosa, kecuali dosa-dosa besar (HR Muslim).
Secara khusus, Rosulullah SAW menjelaskan bahwa orang-orang yang benar-benar melaksanakan puasa dan qiyam Ramadhan (tarawih) atas dasar iman dan ihtisab (semata-mata karena Allah), Allah SWT menjadi dosa-dosa-dosa yang pernah dilakukan akan mendapat ampunan.
Jadi, sangat disayangkan sekali ketika bulan Ramadhan, seorang muslim masih suka "ngosip" menebarkan "hoax" menebarkan kebencian. Sehingga kadang lupa dengan kewajiban seorang muslim, seperti memakmurkan masjid, menebarkan salam, dan berbagi makanan, dan menghidupkan malam dengan membaca Al-Quran serta qiyam Ramadhan. Padahal Rosulullah SAW mewanti-wanti agar jangan sampai menebarkan berita hoax, sebagaimana dawuhnya SAW "Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar (HR Muslim). Kualitas puasa seseorang ditentukan bagaimana dia menjaga lisan dan tangannya.
Dalam hadis lain, Rosulullh-pun berkata "celaka sekali bagi orang yang mendapatkan bulan suci Ramadhan, namun sama sekali tidak mendapat ampunan (HR Al-Thabrani). Jadi, meraih ampunan bukan tidak cukup dengan menahan diri dari tidak makan dan minum sejak matahari terbit hingga terbenan, tetapi juga menjaga lisan dari rasan-rasan, juga menjaga tangan dari "ngopy paste dan kemudian menebarkan berita yang tidak benar atau remeng-remeng kepada sesama baik melalui medsos, seperti whatshap, twitter, FB, IG dan sejenisnya,".
Ketika berbuat maksiat dan kesalahan, seringkali sesorang muslim menyalahkan "setan". Padahal pada bulan Ramadhan ini, Rosulullah SAW menegaskan semua setan dan iblis dibelenggu dengan rantai yang kuat, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Lagi-lagi, manusia menyalahkan "setan".
Barangkali, setan sangat jengkel dengan manusia yang sering menyalahkan dirinya pada bulan suci Ramadhan. Perlu diketahui juga, puasa (menahan) diri, bukan saja menahan diri dari makan dan minum tetapi juga menahan diri dari mengendalikan "nafsu". Jengkel, benci, marah, iri, dengki, hasud, riya', takabur, merupakan penyakit hati yang hanya bisa diobati dengan puasa yang baik dan benar sebagaimana di contohkan Rosulullah SAW.