Tidak ada umrah yang lebih mengesankan, melebih umrah plus ziarah ke Masjid Al-Aqsa, sekaligus mengamalkan sunnah Rosulullah SAW. Rosulullah SAW, sahabat, dan para utusan-Nya pernah ke Aqsa, bahkan sebagian dari nabi dan sahabat Rosulullah SAW di kuburkan bumi para Nabi.
Tahun ini (3/2018), saya diajak umrah plus Aqsa oleh kepala Sekolah SMK Dokter Soetomo atau yang lebih populer dengan sebutan Smekdors Surabaya benar-benar mengasyikkan. Bagaimana tidak asik, ketika di Makkah, kami bisa thawaf berkali-kali, sekaligus bersimpuh di sudut rumah Allah SWT.
Di sudut Baitullah, kami merasa semua dosa-dosa besar dan kecil ditampakkan, merasa rendah, merasa tidak bedaya, karena keagungan Baitullah. Setiap malam, kami-pun berangkat menuju Baitullah mengelilingi rumah Allah SWT, sebagai bentuk takdim terhadap rumah Allah SWT. Setiap langkah kaki menjadi pelebur dosa dan noda.
Mulut-pun tidak bisa berucap kata-kata, kecuali bertasbih, tahlil, dan tahmid, karena tidak ada yang pantas di ucapkan di sudut rumah Allah SWT yang begitu agung. Sesekali tangan dan dada mencecakkan diri di dinding Baitullah.
Ketika di Madinah-pun, rasanya tidak pantas menyapa Rosulullah SAW di Raudhah Al-Syarifah, serta di depan makamnya yang agung. Berkali-kali lisan ini menyapa "Assalamualaika Ya Rosulullah" namun, rasa tidak kuasa menahan diri, sehingga tiba-tiba air mata mengalir deras.
Saya-pun yakin, salamku telah di jawab Rosulullah SAW dan para sahabat setiannya. Tapi, telinga ini tidak mampu mendengar, karena banyaknya dosa dan noda yang sering kami lakukan.
Pada hari kedua di Madinah, Pak Juliantono Hadi, ternyata jauh lebih pagi berada di Area Raudhah Al-Syarifah untuk menyapa Rosulullah SAW. Beliau berangkat ke Raudhah, sekitar pukul 01.00 dini hari. Rupanya, rasa rindu kepada Rosulullah SAW sudah tidak tertahan lagi.
Sedangkan saya, berangkat sekitar 03.30, rupanya Pak Juliantonoh Hadi sudah berada di aren Raudhah AL-syarifah. Say-pun menyapanya dengan lirikan mata ketika berada di Raudhah. Kami berdua ingin terus menyapa Rosulullah SAW, walaupun hanya melalui kata-kata dan bersholawat setiap saat dan waktu, dengan harapan mendapat syafaat dan akan selalu tumbuh rasa cinta kepada Rosullah SAW.
Masjid Buroq Al-Syarif
Tidak puas ibadah di Makkah dan Madinah, kami-pun memburu rahmat dan ampunan Allah SWT di bumi para Nabi (Yerusalem). Sesampai Yerusalem, program yang paling menyenangkan bagi siapa-pun, karena ternyata di Yerusalem, sebagian besar pemeluk agamanya bukan islam, tetapi Yahudi.
Sudah pasti, wisata ruhani sedikit bergeser ke wisata sejarah dan kuliner, karena memang wisatawan itu paling suaka dengan tiga F, yang artinya artinya fun (happy Fun) food (kuliner). Bagi kaum emak-emak, ketika di Makkah mereka tahwafanya keliling Baitullah, sementara di Yerusalem lebih banyak keliling pasar, karena memang sepanjang jalan dan sekitar Masjid Al-Aqsa tempat beragam pernak-pernik khas Yerusalem.