Hari kedua (5/3/2018) di Yerusalem, programnya adalah sholat subuh berjamaah di Masjid Al-Aqsa. Dengan harapan, sholat di masjid Al-Aqsa mendapat pahala 500, sebagaimana sabda Rosulullah SAW. Bagi rombongan, kadang tidak pernah terbesit memikirkan pahala, sebab bisa sampai ditempat itu merupakan anugerah yang agung dari Allah SWT.
Nah, sudah menjadi tradisi jamaah haji dan umrah Indonesia, biasanya sebelum subuh sudah bangun untuk menunaikan sholat tahajud. Bahkan, ada juga usai tahajudan, di share kepada rekan-rekan lewat medsos. Ampun deh, kalau nemuin orang kaya begini. Pencitraan banget, wong tahajud dan tasbihan saja di share ke medsos.
Kadangkala, saat di Makkah, Madinah, Masjid Al-Aqsa sholat tahajudnya sangat rajin sekali, saking rajin nya, kadang bangunnya jam 12 malam, walaupun kadang di rumah sendiri bangunnya kesiangan. Sampai-sampai ada guyonan mengelikkan seputar niat sholat subuh kesiangan seperti "usolli fardos subhi rakataini mustaqbilal kiblati kawanan lillahti taala". Nah, kali ini semua jamaah tepat waktu, mereka pukul 03.00 sebelum subuh. Mereka sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Masjid Al-Aqsa, dengan harapan memperoleh berkah dari masjid suci ini.
Jangan membandingkan dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dimana jamaah masjid Al-Aqsa bisa dibilang sangat sedikit. Kira-kira 8 shoof. Itu-pun yang sholat berjamaah, sebagian besar adalah wisatawan muslim yang datang dari Turki, India, Pakistan, Indonesia, Malaysia. Ada juga sih, jamaah sekaligus wisatawan dari kawasan Timur Tengah, tetapi tidak banyak. Selebihnya sekitar dan warga Yerusalem sendiri.
Bag saya, membedakan antara wisatawan Arab dengan warga setempat sulit sekali. Sebagian besar dari warga Arab Palestina dan wisatawan sekitarnya memaki celana jeans dan jaket. Bisa dikatakan, orang yang memakai busana gamis (busana Arab), langka. Justru, yang gemar memakai gamis itu orang Indonesia, mereka lebih ke-arab araban dibandingkan dengan Arab Palestina sendiri.
Bisa pastikan, hanya Imam dan Muadzin Masjid Al-Aqsa yang memakai gamis dan jubah panjang, sekaligus menjadi lambang kebesaran seorang Imam. Selebihnya, bercelana jeansria. Merek, Adidas, Nike, merajai di Yerusalem. Saat melihat merek Adidas, Mr.Cheng Hoo langsung berkata "Adidas itu artinya Ada Allah di dadaku", guyonan inspiratif.
Hampir semua pemuda Palestina, tua dan muda, pria dan wanita, bahkan anak-anak bangga dengan mereka di atas. Rupanya. Orang Arab, seperti; Arab Saudi, Mesir, Palestina dan sekitarnya, mereka di atas sangat digandrungi. Dalam hati-pun berkata "bagaimana mau memboikot ekonomi Yahudi, wong Arab sendiri paling demen memakai produknya".
Wong jekatnya saja, ada yang bertuliskan bahasa "Ibrani", bahasa resmi Israil. Itu-pun kadang dipakai saat sholat berjamaah di Masjid Al-Aqsa. Begitulah, kondisi masjid al-Aqsa. Bahkan, ada juga yang memasukkan infaq di dalam masjid Al-Aqsa menggunakan uang "sekhel" duit resmi Israil.
Adzan Subuh Bersautan
Ketika memasuki waktu subuh. Terdengarlah suara adzan dari Masjid Al-Aqsa yang begitu indah dan menyejukkan. Masjid-masjid sekitarnya, juga mengalunkan suara adzan. Rupanya, Israil juga tidak melarang lantunan adzan subuh. Terbukti, adzan subuh bersaut-sauatan. Bukan hanya adzan subuh, setiap waktu sholat selalu terdengar adzan, tetapi tidak semua masjid.
Sebelum pelaksanaan sholat subuh, ada bacaan tartil Al-Quran. Kalau di Indonesia, biasanya di iringi dengan bacaan qiroaat dan tarhim. Hanya saja, suara adzan di Masjid Al-Aqsa, tidak sebanyak di Indonesia, karena jumlah masjid ratusan ribu. Mengakui atau tidak, umat islam di Yerusalem sangat tertekan, karena memang sedang dalam kondisi ter jajah.