Lihat ke Halaman Asli

Abdul Adzim Irsad

Mengajar di Universitas Negeri Malang

Didiklah Anakmu Sejak dalam Kandungan!

Diperbarui: 4 April 2017   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Baru saja saya ceramah seputar pendidikan yang terkait dengan janin, bayi, serta anak. Janin berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘’bayi dalam kandungan’’. Di dalam Fathu al-bari, Imam Ibn Hajar al-Askolani menjelaskan, dinamakan janin, karena masih tertutupi (tersembunyi) (Fathu al-Bari 16/357). Jika sudah terlahir, maka ia akan dinamakan anak. Janin itu meliputi laki-laki dan perempuan. Sebab, saat ini pada usia tertentu, janin sudah bisa ditentukan jenis kelaminnya lewat tehnologi kedokteran. Sedangkan, pada dukun bayi, mampu mendeteksi lewat penggalaman selama menangani ibu hamil. Akan tetapi, walaupun alat super canggih dan penggalaman, kadang masih terdapat kesalahan di dalam menentukan jenis kelamin. Oleh karena itu, nama janin itu lebih tepat, sebagaimana yang diberitakan Nabi Saw.

Ketika Janin terlahir, maka dia berubah menjadi seorang anak. Anak terlahir dalam keadaan suci (fitrah). Kedua orangtuanyalah yang mewarnainya, mau jadi apa kelak anak tersebut dikemudian hari. Di dalam sebuah istilah, anak merupakan anugerah yang paling indah’’ Of nature’s to the human race, what is sweeter to a man than his children? artinya sesungguhnya anak adalah kenikmatan hidup yang tiada taranya dalam kehidupan seorang manusia. Setiap insan yang telah berjanji setia, mengarungi biduk rumah tangga, tentunya mendambakan keturunan yang baik dan sholih, sehingga bisa menjadi penyejuk mata dan jiwa (qurrata a’yun), sekaligus penerus generasi, yang setiap saat menyejukkan mata dan menentramkan hati kedua orangtua.

Agar supaya bayi menjadi generasi terabik. Menjadi kewajiban setiap orangtua, memperhatikan setiap makanan dan minuman yang akan dikonsusmsi. Tuhan berfirmanman:’’ makan dan minumlam dari apa yang kami anugerahkan kepada kalian’’. Islam benar-benar menjaga dan memperhatikan para pemeluknya agar supaya tidak sembrono di dalam mencari nafkah. Sebab, rejeki yang haram (tidak baik), akan member dampak negative terhadap tutur, prilku, serta pertumbuhan intelektual seorang anak.

Kepekaan anak ini, ternyata sejak masih dalam perut (janin). Di dalam dunia modern, beberapa riset dan penelitian ilmiyah membuktikan bahwa janin yang sudah diberi nyawa berusia 16 minggu[1], ternyata sudah mampu berinteraksi searah dengan orangtuanya dan lingkunganya. Oleh karena itu pakar-pakar barat selalu menyarankan agar sang janin di berikan music-musi lembut seperti bahthoven, sehingga dapat mempengaruhi kondisi bayi di dalam rahim.

Menurut pandangan islam, tahapan-tahapan proses janin di dalam rahim melalui lima tahapan,[2] mulai bentuk (sperma) dalam keterangan al-Qur’an disebut dengan ‘’nutfah’’ 40 hari. Prosesing yang kedua dalam bentuk ‘’ alaqoh’’ darah yang mengumpal di dalam rahim (40 hari). Proses berikut menjadi ‘’mudghoh’’ darah yang mengumpal dan telah menjadi daging (calon janin).

Berikutnya adalah pembentukan tulang dan organ tubuh lainya. Berikutnya adalah proses kesempurnaan. Pada usia seratus dua puluh hari, 120 hari, Allah memerintahkan malaikat untuk memberinya ruh (nyawa). Pada usia itulah, Allah SWT juga memerintahkan malaikat untuk mencatat rejekinya, ajalnya (kematian), serta amal perbuatanya, serta keadaan didunia kelak, apak termasuk orang yang bejo (beruntung) atau sebaliknya.[3]

Di dunia islam, seringkali al-Qur’an dan dibacakan secara berjama’ah di dalam sebuah acara (telonan) dan tingkepan. Tidak sedikit dari para ulama’ dan ustad, ketika istrinya sedang hamil, mereka memperbanyak membaca al-Qur’an, sholawat, dzikir dan kalimah-kalimah toyyibah lainnya. Mereka yakin, bahwa penggaruh dan kekuatan al-Qur’an itu bisa membentuk kejiwaan janin dan kelak menjadi anak yang sholih.

Bukan hanya orang islam, dan barat melalui pendekatan tehnologi kedokteran. China juga mempercayai, bahwa wanita yang sedang hamil, janin di dalam rahimnya bisa dipenggaruhi oleh lingkunganya. Di anjurkan, kedua orangtuanya senantiasa rukun, mesra, harmonis, ketika sang Ibu sedang mengandung. Jika suami istri sering gaduh (betengkar), melakukan perbuatan maksiat, maka otak anak akan merekam setiap apa yang telah dilakukan kedua orangtuanya. Apalagi, makanan dan minuman yang dikosumsi merupakan barang-barang haram.

Islam sangat sempurna, memberikan pedoman serta kurikulm khusus bagi wanita yang sedang hamil. Al-Qur’an adalah sumber utama, yang mempunyai nilai sacral dan kekuatan maha dasyat terhadap orang dewasa, tua, muda bahkan masih dalam keadaan janin. Budaya Jawa, mengemas dengan istilah’’ tingkepan’’ dan ‘’telonan’’. Walaupun masih banyak orang yang mempersoalkan, akan tetapi dunia tehnolgi modern membuktikan dan membenarkanya.

Dalam sebuah majalah, telah dikemukanan agar supaya anak di dalam kandungan (janin), untuk di ajal bicara. Dengan aktif mengajak berbicara, bayi tidak tidak hanya mengenali suara ibu, tapi juga mempelajari bahasa yang yang dipergunakan. Kesimpulan ini didapat dari sebuah penilitian Effecs of Experience on Fetal Voice Recoqnition yang memainkan rekaman puisi China selama 2 menit, terhadap 60 perempuan hamil. Selama rekaman diputar, detak jantung bayi yang masih di dalam rahim (janin) juga dipantau untuk melihat bagaimana bayi bereaksi.

Pada saat bayi mendengar suara ibunya, ritme jantungnya sangat aktif. Sedangkan ketika puisi dengan suara orang lain diputar, ritme jantung melambat. Para peneliti ritme jantung sebagai reaksi bayi terhadap apa yang mereka dengar. Ketika ritmenya menjadi aktif, bayi memberikan perhatian penuh terhadap kata-kata ibu. Kata-kata ini kemudian dipelajari untuk kemudian direkam dalam memorimereka sebagai kemampuan dasar untuk berbicara.[4]

Tidak belebihan kiranya, karena dunia tehnologi kedokteran telah membuktikan kebenaran penyataan Nabi, bahwa usia 120 hari sudah diberi ruhu (nyawa), berarti Janin itu sudah mengerti dan interaksi searah dengan lingkungan sehari-hari. Dengan kata lain, Rahim adalah lingkungan peratama seorang “anak’’ bayi. Berarti, Ibu adalah orang pertama, ayah serta keluarga dekatnya. Jika al-Qur’an sering diperdengarkan, baik ketika sendiri, maupun berjama’ah, maka ini akan membawa dampak positif terhadap janin.

Sungguh beruntung bagi seorang Ibu yang memiliki suami jujur, amanah, rajin beribadah, serta mampu mendekatkan diri kepada-Nya, dalam rangka memohon, agar supaya kelak anak yang terlahir menjadi anak sholih. Sungguh bahagia, bayi itu. Andai saja bayi itu bisa berbicara, dia akan mengucapkan’’terima kasih ayah…!engkau telah memberiku makanan dan minuman yang baik dan halal, engkau juga memeberiku makanan ruhani, engkau juga memberikau makanan spiritual….!?

[1] . Lihat hadis Nabi yang menceritakan tengtang proses pembentukan manusia, masa sperma selama empat puluh hari, darah mengumpal empatpuluh hari, kemudian daging (janin) juga empat puluh hari (120). Kondisi ini sudah diberi ruh, sehingga bisa merasakan getaran-getaran atau suara yang ada pada lingkungan sekitarnya.

[2] . Lhat Q.S al-Mu’minun 12-14, Allah SWT menyebutkan proses pembuahan secara berurutan.

[3] . H.R Bukhori

[4] .Majalah Rumah LENTERA, hal- 12- Edisi 37 Tahun, 4 Juli-Agustus-2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline