Setiap orang pasti mati, dan tidak satupun orang bisa menghindari namanya kematian. Hanya saja, proses kematian itu bermacam-macam. Orang yang paling beruntung ialah, ketika wafat dalam kondisi husunul khotimah (beriman kepada Allah SWT) Dan lebih beruntung lagi, orang yang mati itu meninggalkan gagasan-gagasan positif, kreatif, serta meninggalkan harta benda yang bisa berguna untuk berjuang di jalan Allah SWT. Bob Sadino telah meninggalkan gagasan cermelang dan bermanfaat, dan itu bagian dari amal jariyah yang akan terus mengalir.
Bob Sadino, itu orang baik, dan sangat baik. Walaupun penampilanya demikian. Ia pernah meraskan kalau dirinya berdosa karena lama tidak mengejakan sholat saat di depan Baitullah. Tetapi, kendati seperti apa-pun, dia tetapi seorang Muslim yang telah ber-ikras “tidak ada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhmmad itu utusan Allah SWT”.
Keberadaanya menjadi inspirasi bagi setiap insan untuk lebih maju dan kreatif. Gagasan-gasasan sangat inspiratif dan bermanfaat. Bob Sadino, tidak ingin kaya sendiri, tetapi berfikir agar orang lain kaya seperti dirinya. Bukanlah itu ciri khas orang baik, yang selalu berfikir dan berusaha agar orang lain lebih baik dari dirinya. Semoga beliau wafat dalam kondisi “Khusnul Khotimah”.
Sebuah hadis indah seputar memulyakan orang lain, Nabi SAW bersabda:”Allah SWT senantiasa akan membantu hamba-Nya, selama hamba itu mau membantu sesamanya”. Ketulusan Bob Sadino benar-benar mencapai puncaknya. Semoga itu menjadi amal ibadah yang bisa menenami dalam perjalanan abadinya, dan itu semua mengantarkan dirinya bisa melebur dosa-dosanya, dan derajatnya di angkat lebih tinggi di sisi Allah SWT.
Ketika berkisah tentang kematian, selalu datang mendadak (tiba-tiba), karena memang itu rahasia Allah SWT. Kecuali kematian para terpidana mati yang memang sudah direncankan secara rapi. Bagi yang ditinggalkan, tentu saja akan merasakan kesan yang mendalam, khususnya bagi orang-orang dekatnya.
Kematian itu sebenarnya hanyalah pindah ke alam barzah (transit), kemudian kelak dibangkitkan kembali untuk mempertanggung jawabkan perbuatanya selama hidup di dunia. Ketika di alam barzah inilah, para malaikat akan menyapanya, malaikat itu bernama Munkar dan Nakir. Berdasarkan SOP (Standard Operasonal Prosedure), dua malaikat ini akan menanyakan beberapa pertanyaan, seperti; tuhan, malaikat, agama, kitab, kiblat, rasul, takdir, nikmat-siksa kubur, hari Kiamat, Surga-Neraka.
Tanya jawan seputar masalah di atas akan menjadi ujian pertama. Jika sang mayit bisa menjawab dengan baik, maka Ia akan lolos dari siksaan dua malaikat. Tetapi, jika sang mayit tidak bisa memberikan jawaban, maka dua malaikat akan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP-nya, hingga hari kiamat. Dalam berbagai literature hadis, siksaan kubur begitu dasyat dan menyakitkan. Sementara orang yang ber-iman di dalam alam Barzah akan mengalami kenikmatan yang sang menyenangkankan. Bahkan lebih menyenangkan dari pada kenikmatan duniawi.
Setelah yakin bahwa di dalam kubur (alam barzah) itu nikmat dan siksa. Hendaknya, setiap muslim mempersiapkan diri dengan memperbanyak bekal untuk perjalanan abadinya. Tidak satupun orang yang bisa dimintai pertolongan, kecuali amal perbuatanya ketika masih hidup di dunia.
Sementara orang yang tidak ditanya Munkar-Nakir, tidak akan disiksa di kuburnya. Setiap orang beriman meskipun bermaksiat, akan diberi taufiq (pertolongan) untuk menjawab pertanyaan malaikat, walaupun ketika masih hidup tidak pernah belajar bahasa Arab, tetapi bisa menjawab pertanyaan. Tentu saja, jawabannya tidak seperti mayat yang rajin ber-ibadah, walaupun gagab, tetapp saja mendapat taufiq bisa menjawabnya.
Dalam sebuah hadis panjang, yang diriwayatkan Al-Hakim, Rosulullah SAW pernah bersabad:”Sesungguhnya jika mayit telah diletakkan di dalam kuburnya, Ia mampu mendengar suara sandal mereka (yang menguburnya). Jika ia seorang mukmin, maka sholat-nya hadir menemani di kepalanya. Puasa di samping kanan dan zakatnya di samping kiri. Amal lain seperti infaq, silaturrohim, amar makruf dan akhlaq yang baik ada di kakinya” (HR Al-Hakim).
Ketika Malaikat mendekati dari arah kepala, Sholat yang selama ini dikerjakan akan menjaganya dengan baik, sehingga malaikat tidak bisa membusnya. Kemudian, sang Malaikat datang dari arah kanan, ternyata puasa yang selama ini dikerjakan dengan baik, akan menjaga dengan baik, sehingga malikat tidak bisa mendekatinya. Kemudian sang Malaikat mendatangi dari arah kiri, ternyata dari arah kiri dijaga oleh zakat. Zakat yang dikeluarkan selama ini, menjadi penjaga setia, sehingga tidak ada jalan bagi malaikat untuk mendekatinya. Kemudian malaikat bergegas pergi mendekati jenazah itu dari bagian kaki. Ternyata, di sini banyak penjaganya juga. Sedekah, silaturahmi, membantu sesam, berbagi gagasan, pendapat, dan mengentaskan ke-miskinan yang selama ini dilalukan, menjadi tentara turut menjaganya dengan baik. Maka, malikat-pun pergi meninggalkan jenazah itu. Ahirnya, jenazah itu tidak disiksa, karena Ia ternyata hamba yang sholih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H