Lihat ke Halaman Asli

Danau Toba Tidak Angker, Tetapi Sakral

Diperbarui: 5 September 2018   22:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sakral (Keramat) vs Seram (Angker).

Sakral atau keramat diartikan sebagai keadaan suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena ketakwaannya kepada Tuhan (tentang orang yang bertakwa).

Suci dan bertuah yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain (tentang barang atau tempat suci).

Sedangkan Seram antau Angker artinya tampak seram dan tidak semua orang dapat menjamahnya karena dianggap berhantu dan menyeramkan.

Kejadian atau tragedi yang terjadi akhir-akhir ini di Danau Toba menimbulkan tafsir yang dikotom antara sakral dan angker.

Perlu kita ketahui bersama, bahwa pada zaman dahulu atau era para Leluhur kita (Batak), telah ada sistem kepercayaan yang dianut yang disebut Ugamo Malim (Parmalim) atau Mulajadi.

Bahkan masih banyak masyarakat penganut kepercayaan itu sampai saat ini di seputaran Danau Toba.

Paham kepercayaan kepada Debata Si Tolu Sada (Debata Tri Tunggal) atau Debata Mulajadi Na Bolon yang menaungi 3 benua (Banua). Benua Atas (Banua Ginjang), Benua Tengah (Banua Tonga) dan Benua Bawah (Banua Toru).

Perwujudan Debata Sitolu Sada terdiri dari :

Debata Batara Guru yang menaungi Benua Atas;

Asal-muasal kebijaksaan, hukum pradilan, hukum kerajaan, pengetahuan dan kemampuan untuk mengontrol takdir serta nasib umat manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline