Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Hoaks, Penyangkalan, dan Drama Covid-19 di Rumahku

Diperbarui: 2 Agustus 2021   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Martha Dominguez de Gouveia on Unsplash

Malam, 4 Juli 2021. Mbahnya anak-anak terbatuk-batuk di kamarnya. Gak perlu berpikir lama, aku langsung tau dari mana Mamak mendapatkan batuknya. Dua hari sebelum itu, salah satu kakak laki-lakiku menemui ibunya. Mereka ngobrol santai, tapi kulihat si kakak agak terbatuk, dan sesekali membuka maskernya.

Saat pandemi begini, batuk dan demam adalah momok. Aku sungguh menyayangkan kenapa si kakak bisa begitu abai. Ia sama sekali tak menyangka bahwa saat itu dirinya telah mengantar virus pada satu orang tua kami yang tersisa.

Pekan Pertama

Malam itu juga kukabari saudara-saudara, tak lupa ngomelin si pembawa virus. Tapi si tersangka bersikeras bahwa ia tidak sedang sakit. Cuma batuk sedikit, sebelumnya demam tapi sudah sembuh. Dan ia juga sudah berobat ke bidan tetangga, begitu akunya.

Paginya Mamak berjemur, minum vitamin ini itu, dari yang herbal sampai resep apotek. Beliau beraktivitas seperti biasa. Aku yang berfirasat berdasarkan banyak referensi, mulai jaga-jaga. Anak-anak kuingatkan agar tidak masuk kamar mbahnya kecuali untuk hal yang sangat penting.

Menjalankan prokes sambil menjaga hati orang tua itu sulit loh! Aku nggak tega untuk minta beliau mengenakan masker. Kuingat-ingat barang apa yang beliau sentuh, mencuci segera perangkat itu. Melayani beliau di kamar sambil menjaga jarak, tahan napas (karena sungkan mengenakan masker), dan bolak-balik cuci tangan.

Meski mengaku baik-baik saja, aku tau batuk Mamak sebenarnya semakin berat. Beliau demam tapi tak mengaku. Badannya mulai sakit-sakit tapi menyalahkan pengapuran yang sejak lama dialami. Si pembawa virus tidak demam, sedikit batuk, dan mulai anosmia. Tapi masih kekeuh kalau ia bukan sedang terjangkit covid-19.

Masih dalam pekan pertama, Mamak dilarikan ke IGD karena begitu lemas dan merasa kepalanya seperti melayang-layang. Tapi di sana diagnosis dokter hanya kurang tidur. Sebab suhu tubuh, tensi, jantung, dll, normal. Batuk Mamak waktu itu masih samar, seperti awal batuk berdahak.

Setelah diberi obat, observasi sebentar, Mamak disilakan pulang dengan “oleh-oleh” obat vertigo, paracetamol, dan obat batuk. Diingatkan untuk tidak menghentikan obat hipertensi yang harus beliau konsumsi sepanjang usia.

Baca juga: Kisah Corona Sebelum Sekarang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline