Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Pengalaman Selamat dari Pengajian Sesat

Diperbarui: 3 April 2021   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Josh Nuttall on Unsplash

"Coba Ira bagikan ke kawan-kawan, pengalaman belajar di rumah," kata guru Matematika kelas 2, waktu aku SMA.

"Ira ndak bisa tidur, Bu, kalo belum belajar," jawabnya.

Jangan tanya, kelas autoriuh. Ada yang terkesima, memuji, dan tidak sedikit yang mencela. Aku tidak termasuk semuanya. Cuma mual.

Ira adalah nama samaran. Ia langganan juara kelas dari kelas 1, bahkan sejak SMP. Selain pintar, Ira juga terkenal santun dan taat aturan. Hanya satu yang membedakan Ira dengan anak-anak baik lainnya; ia tidak ikut rohis dan tidak mengenakan jilbab.

Baca juga: Sebelum Jauh-jauh Dakwah, Perhatikan Hak Keluarga

Rekrutmen yang Gagal

Setiap Jumat, aku dan Pipit (ini nama asli), sering diteriaki teman-teman lain, "Woi, orang mentoring semua di musola, kamu langsung balek!"

Kami cuek saja melaju. Dasar hidayah belum sampai, padahal di rumah tidak ada yang diburu. Apalagi melihat Ira si anak teladan pun tak ikut rohis, kami merasa sudah berada di jalan yang benar.

Mungkin Ira pun demikian. Melihat kami yang gak badung-badung amat, juga tidak ikut ke musala, ia jadi merasa punya teman. Suatu hari, Ira yang tak begitu akrab denganku mengajak berbincang.

"Tari mau dak ikut Ira nanti pulang sekolah?" dia memang suka menyebut namanya saat ngobrol, bahkan dengan yang sebaya.

"Ke mano?"

"Kayak belajar kelompok gitu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline