Seperti yang sering kutulis, entah di mana saja. Aku berupaya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tapi karena yang baik itu belum tentu enak, yang benar belum tentu nyaman, aku menangkan yang enak dan bisa dipahami pembaca. Kalaupun akhirnya upaya itu belum berhasil, ya sudah. Pembaca cari artikel lain saja, hehe.
Lagi pula dalam salah satu webinar oleh Kompasiana, narasumber menyarankan pilih kata yang lebih banyak dicari orang, ketimbang yang baku. Kalau tak salah waktu itu admin mencontohkan "HP" dengan "handphone".
Dari ilmu yang didapat saat webinar, kucari perbandingan antara "warganet" dan "netizen" di situs Google Trend. Hasilnya netizen jauh lebih unggul dari warganet, termasuk ketika dibandingkan dengan "netijen".
Meski warganet kalah saing, tapi di Kompasiana maupun beberapa platform aku masih suka memakai kata ini dibanding netizen. Alasannya, lebih Indonesia.
Tapi di blog pribadi, kupilih netizen. Haha!
Aku terikat oleh petuah penyair senior, Iriani R. Tandy, saat bertemu di Kantor Bahasa Jambi dulu. "Kau boleh idealis, Tari. Kalau tabungan kau sudah dua em!"
Meski ada kata baku, tapi tidak ada aturan baku untuk urusan blogging, kan? Namun securang-curangnya aku sebagai editor kelas teri, yang juga seorang narablog, tetap tak lupa kusampaikan pada banyak kenalan. Agar tak melewatkan 2 situs web ini jika melakukan kegiatan menulis:
1. KBBI Daring
Kolom pencarian di laman ini dipakai untuk melihat apakah kata yang akan dipakai, baku atau tidak. Jika ya, kata tersebut akan muncul dengan penjelasannya.
Jika tidak, laman KBBI akan memberi tau kata apa yang baku sesuai EBI (ejaan bahasa Indonesia), dulu EYD.
2. PUEBI Daring
Situs ini lebih detail menjelaskan tentang penggunaan tanda baca, kata bilangan, dll. Kapan menggunakan kata/kalimat yang dimiringkan, mana yang harus dikurung, akronim atau kepanjangannya, semua ada di PUEBI Daring.