I Gede Ari Astina alias Jerinx SID makin ramai dibicarakan. Sudah lebih dari 124 ribu orang yang menandatangani petisi agar ia dibebaskan.
Padahal dulu aku fans Superman is Dead, kok aku gak dapat kiriman email dari change, ya? Pasti bukan karena laman petisi daring itu mendeteksi aku sebagai kelompok pro IDI.
Seperti yang sudah diketahui, Jerinx harus berurusan dengan polisi karena kasus postingan Instagramnya yang dianggap menghina Ikatan Dokter Indonesia, Juni lalu.
Drummer SID itu didakwa melanggar pasal 28 ayat 2 juncto Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik juncto Pasal 64 Ayat 1 KUHP.
"IDI kacung WHO" adalah kalimat kunci dari pernyataan Jerinx yang dimasalahkan IDI. Bersama dengan kata "konspirasi" yang seliweran di medsos sejak Covid-19 melanda.
Tak hanya Jerinx, salah seorang teman di kontak WA-ku pun menganggap corona hanya isu yang dibuat-buat.
"Foto mana foto? Kita cuma dijejali data kok!" begitu balasnya pada salah satu statusku ketika Jakarta rekor 1000 kasus sehari pada 30 Agustus kemarin.
Seorang keluarga dari Bandung hendak silaturahmi ke Sumatra, ia berjanji akan mampir ke rumahku. Bingung hendak menolak, jadi kupajang status tentang mereka yang masih saja ke sana kemari sementara virus corona ada di mana-mana.
Lain yang ditarget, lain yang komentar. Komentarnya ngeselin lagi. Kusampaikan bahwa lebih masuk akal pemerintah memperkecil data sehingga orang tidak panik dan ekonomi tidak anjlok, ketimbang membesar-besarkan yang hanya membuat frustasi semua lapisan masyarakat.
Kalau aku seorang dokter, dan yang menanggapi itu orang berpengaruh, barangkali kukasusin juga. Iya, ide lebay memang.