"Mek, hantu kan dak ado. Jadi siapo yang duluan bikin hantu-hantuan, manusio atau jin?"
Pertanyaan si adek bisa dimengerti, tapi sulit dijawab. Sebab pertanyaan yang sama juga sudah kupunya sejak dulu.
Siapa yang pertama kali menciptakan image tuyul adalah bocah gundul, kuntilanak suka ketawa (atau nangis?) di pohon, dan kekhasan hantu lainnya.
Dulu, atau sekarang masih? Sudah bertahun-tahun rasanya aku tak menjenguk TV, di bulan Oktober (berkaitan dengan Halloween) atau malam Jumat pada hari-hari biasa, di TV kerap disiarkan film horor.
Baca juga: Gendong Tuyul
Salah seorang legenda horor Indonesia paling populer ada Suzanna, dengan salah satu filmnya Malam Satu Suro. Aku tidak tahu apakah pernah menonton film ini, dan kalaupun pernah, aku tak ingat sama sekali yang mana adegannya.
Yang bisa kukenang dari Suzanna adalah kerupuk, sate, dan Bokir.
Tapi kalimat "Malam Satu Suro" itu begitu membekas. Sehingga setiap mendekati bulan Muharram, ketika Mamakku sibuk merencanakan bubur merah putih, aku malah teringat Suzanna.
Misteri Bubur Merah Putih
Sampai aku melewati usia remaja, Mamak masih rutin membuat bubur setiap memasuki Bulan Muharram. Katanya bubur merah putih, tapi warnanya cokelat dan putih.
Bubur "merah" menempati porsi yang lebih banyak di piring. Di tengah-tengah, diberi bubur berwarna putih sekira satu sendok makan.
Sebelum menikmati bubur, terlebih dahulu wajib membagikannya ke tetangga. Piringnya ditunggu, tak boleh dicuci.